Harian terkemuka di Indonesia itu dalam mengkritik punya filosofi "We are no angels", tidak ada manusia yang sempurna. Filosofi yang ditularkan Jakob Oetama pendiri Kompas itu mengandung makna sebuah kritik haruslah konstruktif, critic with understanding.
Mengamati dan mengagumi foto foto Menara Kompas itu dan  saya hubungkan dengan suasana sebahagian pers kita di awal reformasi, lalu saya menggugam di dalam hati. Ternyata di negeri ini pers yang sehat yang independen yang objektip dan berangkat dari filosofi "We are no angels" bisa hidup subur dan berkembang. Dalam perspektif yang demikianlah saya memaknai peresmian Menara yang megah tersebut.
Salam Kompasiana!
Sumber: Harian Kompas, tanggal 26 dan 27 April 2018