Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Asam di Gunung, Garam Tak Hanya di Laut

17 Juli 2022   13:29 Diperbarui: 28 September 2022   19:36 1863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses memasak air garap untuk mengurangi kandungan air (Marahalim Siagian)

Dua bersaudara ini kemudian mendirikan sebuah kampung (Pa Kebuan) dan penduduk yang berdomisili di Desa Pa Kebuan saat ini adalah keturunan mereka berdua. 

Nama desa ini sendiri diambil dari nama sungai yang mengalir di wilayah desa, sebagaimana lazimnya penamaan desa-desa di pedalaman Kalimantan.

Penulis dalam kesempatan wawancara dengan pengelola rumah produksi garam (Dokpri)
Penulis dalam kesempatan wawancara dengan pengelola rumah produksi garam (Dokpri)

Sumur garam atau begmen tetap menjadi aset milik marga Murung dan Sibal namun manfaatnya dapat dirasakah seluruh warga kampung.  

Garam diproduksi dalam satu rumah produksi yang diberi nama "Rumah Garam Mursib Pa Kebuan". Mursib adalah singkatan dari nama penemunya yakni Murang dan Simbal.

Di rumah produksi garam Mursib Desa Pa Kebuan, terdapat 32 tungku perebusan milik warga. Satu tungku dapat menghasilkan rata-rata 20 kg garam. 

Kapasitas rumah produksi garam dalam sekali perebusan adalah 640 kg pertiga hari. Jika produksi garam dilakukan secara kontinu dalam satu bulan, jumlah garam gunung yang dapat diproduksi mencapai 6,4 ton. 

Namun, produksi garam  sebanyak itu belum pernah dilakukan oleh penduduk. Tujuan produksi lebih utama untuk memenuhi kebutuhan garam warga kampung, surplus produksi mereka jual ke penduduk luar desa bahkan ke Malaysia.

Proses perebusan air asin menjadi garam mengkonsumsi kayu bakar yang cukup besar (Marahalim Siagian)
Proses perebusan air asin menjadi garam mengkonsumsi kayu bakar yang cukup besar (Marahalim Siagian)

Menurut Pak Jumanli, kepala desa serta keturunan penemu situs garam ini, bangmen atau sumur garam yang ada di Desa Pa Kebuan belum pernah kering, air asin akan bertambah secara alami di musim kemarau maupun musim hujan.

Lebih lanjut disebutkan, alasan mengapa mereka tidak memproduksi garam di rumah masing-masing karena dahulu jalannya masih jelek serta kendaraan yang mengangkutnya mudah karatan karena terkena air garam. Itulah sebabnya penduduk desa memutuskan membuat rumah produksi garam di satu tempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun