Diantara puluhan atau bahkan ratusan jenis ikan dan biota laut yang mereka manfaatkan, jenis-jenis gamat dan teripang memiliki harga tinggi sehingga menjadi sumber pendapatan yang terbesar.
Koro (teripang susu) misalnya harganya bisa  2 juta per kilo dalam kondisi yang sudah dikeringkan. Menurutnya, satu kilo teripang susu sekitar 5 ekor saja karena isinya padat.
Berapa jenis gamat dan teripang yang disebutkan adalah; gamat batu, gamat kasur, karidau, tolungko, cerak abu, cerak hitam, teripang nenas. Jenis teripang dan gamat ini juga mahal namun tidak semahal teripang susu. Selain dari hasil perikanan tangkap, Orang Bajo sudah melakukan pembudidayaan ikan, namun masih terbatas.Â
Bank bibit mangrove
Kesadaran akan pentingnya mangrove untuk penghidupan mereka membuat Pak Umar dekat dengan kalangan LSM (lembaga swadaya masyarakat), pejabat pemerintah daerah hingga anggota legislatif.
Pak Umar juga menggugah kesadaran orang Bajo, terutama generasi mudanya agar melestarikan mangrove. Perwujudtannya seperti mengajak anak-anak Bajo menanam mangrove di area-area yang  terbuka untuk menambah tutupan mangrove.
Orang Bajo sendiri, terutama kaum perempuan turut senang karena menerima manfaat dari upaya mereka melestarikan mangrove. Kelompok Sadar Lingkungan kaum perempuan itu memperoleh tambahan penghasilan dari menjual bibit mangrove untuk keperluan proyek-proyek rehabilitasi.
Saya menyaksikan dua orang  ibu yang datang ditengah-tengah perbicangan kami di rumah Pak Umar. Pak Umar meberitahu mereka bahwa ada pesanan bibit cukup besar untuk areal 3.500 hektar yang direncanakan akan direhabilitasi tahun ini.
Kebutuhan bibit mangrove per hektar sekitar 1.000 bibit (jarak tanam 1 m x 1 m), dengan demikian bibit mangrove yang dibutuhkan paling tidak 3,5 juta bibit.
Mendengar angka itu, saya sempat ragu, apa mungkin mereka dapat memenuhi pesanan sebesar itu. Keraguan saya segera terjawab. Menurut Pak Umar, kalau sekitar 2 juta bibit, asalkan bukan satu jenis ia dan kelompoknya dapat memenuhinya.