Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Torsiaje dan Orang Bajo Dipelukan Teluk Tomini

16 Agustus 2020   10:33 Diperbarui: 17 Agustus 2020   14:41 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Umar Pasandre sedang membagikan polibag untuk kelompok perempuan yang terlibat dalam penyediaan bibit mangrove untuk kebutuhan rehabilitasi (Gambar: Marahalim Siagian)

Diantara puluhan atau bahkan ratusan jenis ikan dan biota laut yang mereka manfaatkan, jenis-jenis gamat dan teripang memiliki harga tinggi sehingga menjadi sumber pendapatan yang terbesar.

Koro (teripang susu) misalnya harganya bisa  2 juta per kilo dalam kondisi yang sudah dikeringkan. Menurutnya, satu kilo teripang susu sekitar 5 ekor saja karena isinya padat.

Berapa jenis gamat dan teripang yang disebutkan adalah; gamat batu, gamat kasur, karidau, tolungko, cerak abu, cerak hitam, teripang nenas. Jenis teripang dan gamat ini juga mahal namun tidak semahal teripang susu. Selain dari hasil perikanan tangkap, Orang Bajo sudah melakukan pembudidayaan ikan, namun masih terbatas. 

Potensi perikanan di Torsiaje masih bagus (Gambar: Marahalim Siagian)
Potensi perikanan di Torsiaje masih bagus (Gambar: Marahalim Siagian)

Bank bibit mangrove

Anak orang Bajo didik untuk melestarikan mangrove melalui penanaman bibit mangrove di area-area yang masih terbuka (Doc.Umar Pasandre)
Anak orang Bajo didik untuk melestarikan mangrove melalui penanaman bibit mangrove di area-area yang masih terbuka (Doc.Umar Pasandre)
Dengan banyaknya kawasan manggrove yang sudah rusak di pesisir Pohuwato, mangrove di Torsiaje menjadi semacam bank bibit untuk merestorasi kawasan-kawasan mangrove yang rusak.

Kesadaran akan pentingnya mangrove untuk penghidupan mereka membuat Pak Umar dekat dengan kalangan LSM (lembaga swadaya masyarakat), pejabat pemerintah daerah hingga anggota legislatif.

Pak Umar juga menggugah kesadaran orang Bajo, terutama generasi mudanya agar melestarikan mangrove. Perwujudtannya seperti mengajak anak-anak Bajo menanam mangrove di area-area yang  terbuka untuk menambah tutupan mangrove.

Orang Bajo sendiri, terutama kaum perempuan turut senang karena menerima manfaat dari upaya mereka melestarikan mangrove. Kelompok Sadar Lingkungan kaum perempuan itu memperoleh tambahan penghasilan dari menjual bibit mangrove untuk keperluan proyek-proyek rehabilitasi.

Saya menyaksikan dua orang  ibu yang datang ditengah-tengah perbicangan kami di rumah Pak Umar. Pak Umar meberitahu mereka bahwa ada pesanan bibit cukup besar untuk areal 3.500 hektar yang direncanakan akan direhabilitasi tahun ini.

Kebutuhan bibit mangrove per hektar sekitar 1.000 bibit (jarak tanam 1 m x 1 m), dengan demikian bibit mangrove yang dibutuhkan paling tidak 3,5 juta bibit.

Mendengar angka itu, saya sempat ragu, apa mungkin mereka dapat memenuhi pesanan sebesar itu. Keraguan saya segera terjawab. Menurut Pak Umar, kalau sekitar 2 juta bibit, asalkan bukan satu jenis ia dan kelompoknya dapat memenuhinya.

Mobilitas spasial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun