Magisme dalam budaya Orang Rimba penggunaanya sangat luas serta behubungan dengan kosmologi mereka. Secara garis besar magi dan fungsinya mediaumnya menggunakan mantra dan jimat yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan dunia supranatural atau makluk yang transenden dari tingkatan yang paling rendah kedudukannya hingga yang paling tinggi kedudukannya. Dalam hal ini, mantra dilihat dalam relasional bersifat vertikal yakni manusia dengan dewa-dewi seperti kebial (dewa penyakit), biyuto (setan kayu), siluman, jin, hingga hewan-hewan yang berdewa. Mantra juga dipakai Orang Rimba dalam relasi yang bersifar horizontal dimana jenisnya ditemukan sangat beragam.Â
Jenis mantra yang paling banyak ditemukan adalah mantra untuk menaklukkan hati gadis-bujang yang secara umum kita kenal dengan ilmu pelet. Fungsi ilmu pelet selain sebagai upaya mendapatkan gadis dengan cara magis juga bisa digunakan untuk menolak/mencelakakan gadis-bujang yang tidak dikehendaki atau dibenci karena menolaknya. Magi yang mewakili jenis ini seperti;
- Uyam dipergunakan untuk mencelakakan seorang gadis agar berlaku layaknya seperti kerbau jalang.
- Sepalik gilo dipergunakan untuk tujuan membuat korban menjadi  kehilangan kewarasannya alias sinting/gila.
- Sunting plalao dipergunakan untuk membuat orang lain yang di benci (korban) menjadi tidak beristri  atau bersuami.
- Pencorai kampung dipergunakan untuk menggagalkan pernikahan orang lain dengan membuat  si laki-laki calon suami bermasalah di kelompoknya/kampunnya sehingga si mistikus dapat merebut gadis tersebut.Â
- Selisi jelon ditandai sebagai ilmu yang sangat jahat untuk mencelakan orang lain dengan cara yang sangat halus---yakni saat berpapasan di jalan.
Sedangkan cara lain (oposit) dari cara kerja magi ini adalah menggunakan:
- Semanis mato yang bertujuan agar gadis-bujang lain menjadi tertarik serta simpatik pada si mistikus.Â
- Kasih sekampung bertujuan untuk membuat anggota komunitasnya simpatik/ suka /kasih kepada si mistikus.
- Tumiyang merindu bertujuan untuk membuat gadis-bujang tersebut merindukan si mistikus kendatipun baru sekali bertemu.
Contoh mantra:
Siriku selilit idin
Pinangku pinang tembago
Aku tegak seperti beringin
Aku tegak di balai panjang tujuh
Tujuh bebandung bebayang aku
Bejalan aku yang belebih
Bekato aku yang belebih
Memakai aku yang belebihÂ
Berkat aku makai kato anak  siawang lebihÂ
Mantra di atas dipakai untuk membuat seorang gasis menjadi birahi, dengan demikian si mistikus akan lebih mudah mengajaknya bersetubuh.Â
Disebutkan, penggunaan mantra ini harus melalui beberapa persyaratan seperti harus mandi selama tiga kali berturut-turut pada pagi hari saja sambil merapalkan mantra ini serta hanya efektif jika wanita tersebut pernah melecehkan si mistikus.
Selain mantra, telah lama dikenal dimasyarakat bahwa penggunaan bagian hewan sebagai jimat. Misalnya, sarang burung cinta kasih (Colibri?) dipercaya dapat dijadikan sebagai alat untuk penakluk hati seorang gadis atau bujang.Â
Walau demikian, disebutkan masih harus di "isi" oleh dukun. Media lain yang dapat dipakai sebagai perantara untuk mantra sejenis ini adalah; asap rokok, makanan, minuman, foto, air ludah, juga rambut "korban".
Fungsi lain dari mantra-mantra Orang Rimba adalah untuk "pakaian" dalam menghadapi sidang adat atau perkara-perkara adat. Mantra-mantra yang dipergunakan untuk ini bertujuan sebagai: penunduk, pencengang, pembungkam, cuco mempedu, pasui bengkoy, setunggang menang.Â
 Contoh mantra penunduk:
(1)
Bismillahirohmanirohim
Munca-minco  langit
Dulu Allah menundukkan makluk
Tertunduk kato Allah
Terbungkam kato Muhammad
Tertekan hatinnyo
Terpandang badan  tubuh khalikkuÂ