Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kosmologi dan Fungsi Mistik pada Orang Rimba

27 Maret 2020   23:46 Diperbarui: 27 Maret 2020   23:49 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"jangan meludah di depan orang Kubu, nanti kamu ngak bisa pulang"

Kalimat itu sering dinasehatkan pada orang yang ingin berjumpa atau berurusan dengan Orang Rimba atau Orang Kubu, Sanak, atau Suku Anak Dalam---begitu sebutan orang luar pada mereka.

Tulisan ini bukan untuk mengadili  apakah magi/magisme sesuatu yang nyata atau khayal belaka, melainkan lebih kepada upaya untuk memahami budaya Orang Rimba yang mengenal serta mempercayai dunia magisme.

Mantra dan fungsinya

Stereotip yang sangat umum ditemukan dalam masyarakat Jambi mengenai  etnis Orang Rimba bahwa masyarakat ini penuh dengan dunia magi/magisme. 

Anggapan ini rupanya tidak sekedar pada wacana saja tetapi mereka malah sangat takut, kecuali masyarakat Melayu yang sudah ratusan tahun berinteraksi dengan mereka.

Dalam masyarakat yang lebih luas, mistik mempunyai makna peyoratif. Hal ini tidak terlepas dari adannya praktek mistik  di masyarakat Timur (juga) masyarakat Barat, dan malah istilah ini muncul pertama kali di Barat dari kata muo (Yunani) yang artinnya menutup mata atau menutup mulut, menyembunyikan dan istilah ini dipakai pada zaman pra-kristiani dalam hubungannya dengan agama misteri.

Sekitar abad ke-5, mistisme  lebih dikenal sebagai teori atau sistem religius yang mempunyai konsep bahwa Tuhan adalah yang transenden secara absolut, tidak terjangku rasio manusia. 

Namun ada jalan lain untuk "bertemu" Tuhan diantrannya ialah "via negativa" yang berarti negasi/penyangkalan tetapi ada afirmasi di dalam hati (Y.A.Surahardjo, 1983:xii)

Dalam agama Islam kita mengenal tasawuf/sufisme, suluk dalam masyarakat jawa, teosofi dalam Neo Hindu-Budha yakni, pengetahuan atau seni didalam mengembangkan pengetahuan tentang Tuhan lewat meditasi (lihat, Y.A. Surahardjo, 1983:77.) 

Gnosis dalam kristen yang diperkenalkan oleh mistikus kristiani Meister Eckhart, serta di dalam agama Yunani terdapat sekte Essenes--sebagai kenyataan bahwa mistisme berasal dari suatu gerakan religius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun