Orang Rimba memaknai sakit dengan agak berlebihan. Mereka selalu mengaitkan penyakit dengan orang meru (orang dusun, orang luar, atau orang terang dalam sebutan mereka).
Menurut kepercayaan Orang Rimba penyakit datang dari orang dusun yang umumnya terdiri dari Orang Melayu. Semakin intensif hubungan itu berlansung semakin besar kemungkinannya kena penyakit.
Mereka yang sakit akan lebih cepat sembuh jika banyak orang yang merawat dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.Â
Makanan akan disediakan dengan kualitas yang lebih baik
Mencari Simpati
Pemanfaatan sakit untuk mendapatkan perhatian dari anggota komunitas, cukup efektif dalam proses penyembuhan. Begitu juga yang dilakukan Orang Rimba.
Mereka yang sakit akan lebih cepat sembuh jika banyak orang yang merawat dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Makanan akan disediakan dengan kualitas yang lebih baik.
Di kelompok Orang Rimba Jika ada yang sakit apalagi jika dalam jumlah yang banyak, mereka akan melakukan ritual kepada dewanya demi kesembuhan, ini juga sebagai sebuah kenyataan kalau Orang Rimba menganggap penyakit tidaklah sekedar aspek fisik.
Kelompok Orang Rimba dalam memperlakukan penderita sakit dengan memberikan pengecualian khusus, antar lain melepaskannya dari kewajiban berburu, memanjat pohon madu serta mendapatkan simpati dari anggota kelompoknya.
Sebaliknya, aspek kepercayaan menyebabkan penderita harus tunduk pada pantangan sakit yang dianut kelompoknya.
**
Suatu pagi, seorang bapak yang kakinya pincang mendatangi kami di sesudungon atau tempat bermalam untuk 2-3 pekan seperti defenisi umum tentang apa yang kita sebut 'shelter' - bangunan yang dikontruksi menggunakan dedaunan dengan rating-ranting sebagai tulangannya.
Dia mengaku mengalami sakit yang hebat karena suatu makanan. Untuk meyakinkan kami (saya kebetulan kerja lapangan bersama seorang dokter lapangan), dalam tempo sekejap dia merubah perannya dengan mengeluarkan suara-suara yang memberikan gambanran kondisi orang menanggung sakit parah.
Setelah dokter melakukan pemeriksaaan, dokter berkesimpulan, kondisi fisiknya normal. Dokter memberikan obat dalam bentuk pil untuk diminum beberapa hari, namun si Bapak bersikeras bahwa ia kalau tidak disuntik, penyakitnya tidak akan sembuh. Dokter senyum dan mengambil menyuntiknya dengan multivitamin.