Perubahan format sekolah membuat kerumitan administrasi bagi guru, ruang kelas yang tidak cukup, serta persoalan adapatasi anak dengan perubahan format sekolah dasar negeri.
Sekolah beroperasi pada pagi hari, sementara banyak anak yang belum sarapan pagi sehingga tidak siap mengikuti pelajaran dari 08.30 s.d 12. 00 WIB. Anak-anak mengaku bosan bila sekolah tiap hari. Sejumlah anak tidak bisa ikut ke sekolah karena dibawa orang tuanya bekerja.
Penggabungan anak dari 4 pemukiman ternyata menjadi sumber dari pertengkaran. Misalnya, anak dari Sungai Kelumpang tidak akur dengan anak-anak Kelompok Tanding, namun anak-anak Kelompok Tanding bisa akur dengan Kelompok Gelinding karena orangtua mereka bersaudara.
Demikian juga halnya dengan anak-anak dari Simpang Macan, tidak seluruhnya bisa akur dengan anak-anak dari Sungai Kelumpang.
Bangunan sekolah yang berukuran 5x9 meter tidak memiliki daya dukung untuk 55 siswa (data siswa resmi saat diperasikan tahun 2010). Untuk keperluan administrasi ke sekolah induk, guru terpaksa mencurangi absensi siswa, nilai ujian, bahkan membuat rapor anak yang tidak pernah lagi muncul di sekolah.
Data siswa yang terdaftar namun tidak aktif enggan direvisi karena berkaitan dengan hubungan baik dengan sekolah induk SDN 49 Bungku serta dana BOS. Besarnya dana BOS berkorelasi dengan jumlah siswa yang terdaftar.
Andai tiga guru perintis sekolah informal di Batin Sembilan masih ada, mungkin kutipan pidato Pak Menteri di bawah ini relevan dengan situasi yang yang mereka hadapi saat itu.
Sonhaji dan Azloha Nazmi telah pergi mengejar cita-cita yang lain, sedangkan Usman pergi untuk selamanya.Â
Guru Indonesia yang Tercinta, tugas Anda adalah yang termulia sekaligus yang tersulit. Anda ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan. Anda ingin membantu murid yang mengalami ketertinggalan di kelas, tetapi waktu Anda habis untuk mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas. Anda tahu betul bahwa potensi anak tidak dapat diukur dari hasil ujian, tetapi terpaksa mengejar angka karena didesak berbagai pemangku kepentingan-Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan Republik Indonesia, 2019