Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Romeo Tetap Salah!

28 November 2019   17:32 Diperbarui: 29 November 2019   08:58 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Blangun...! Kata seseorang--sebagai reaksi tidak habis pikir bahwa ada permusuhan macam itu di luar sana.

  • Ada seorang pemuda tampan bernama Romeo, usianya kira-kira 20 tahun. Dia adalah anak pemimpin rombong Mountaqe. Ada seorang gadis berparas cantik. Rambutnya panjang berwarna pirang.  Matanya  biru. Usianya kira-kira 17 tahun. Dia anak pemimpin rombong Capulets. Romeo baru saja patah hati, karena putus cinta. Kekasihnya meninggalkannya lalu menikah dengan pria lain. 

 Oh Tuhan. Ucap seseorang

  • Suatu waktu, Romeo pergi berjalan-jalan untuk menghilangkan kesedihan hatinya. Ia berjalan tak tentu arah, hingga Ia melewati rumah pemimpin Capulets. Waktu itu, sedang ada pesta di rumah pemimpin rombong Capulets. Putrinya bernama Juliet sedang berulang tahun. Ayahnya membuat pesta perayaan untuk putrinya itu. Ia mengundang banyak orang, sekalian hendak memperkenalkan seorang pria yang akan menjadi tunangan Juliet. Banyak tamu pesta yang datang. Tanpa rencana, Romeo tertarik masuk untuk melihat-lihat keramain pesta itu. Diam-diam Ia menyusup masuk ke rumah pemimpin rombong Capulets. 

 Aih..., kata seseorang

  • Saat Romeo ditengah-tengah keramaian pesta, Ia melihat seorang gadis cantik. Ia menghampirinya dan mereka berkenalan. Perempuan itu bernama Juliet. Mereka lalu jatuh cinta pada pandangan pertama. Setelah pertemua singkat itu, rupa-rupanya Juliet dan Romeo sering menanggung rindu. Mereka dimabuk cinta.

 Mati..!, Reaksi beberapa orang. Artinya kira-kira "bisa celaka Romeo". 

  •  Sejak pertemuan pertama itu, karena hati mereka diliputi perasaan cinta yang dalam. Makan rasa tak enak, tidur rasa tak nyenyak, kalau sehari saja tak bertemu. Jadi, diam-diam Romeo dan Juliet mencari-cari cara untuk bisa bertemu. 

 Yeei...

  • Suatu waktu, rombong Mountage dan rombong Capulets berkelahi, baku hantam. Perkelahian itu membuat sahabat baik Romeo meninggal. Tidak terima sahabatnya mati dibunuh, Romeo balas dendam. Dia mencari tahu siapa yang membunuh sahabat baiknya itu, lalu membunuhnya balik. 

 Cacar ...!  Cacar adalah nama penyakit cacar, namun digunakan untuk menggambarkan perasaan menghadapi situasi yang tidak enak. 

  • Karena aksi balasan Romeo yang membunuh rombong Capulet, keadaannya menjadi rumit. Permusuhan diantara kedua rombong makin menjadi-jadi. Romeo pun dihukum. Hukumannya , Ia diusir jauh serta tidak boleh lagi kembali ke kampung. Selama-lamanya!! 

Piado adil. Tidak adil, kata mereka

  • Hati Romeo sedih tidak kepalang. Hancur karena kehilangan sahabat, terusir, serta akan kehilangan kekasih yang sangat dicintainya pula. Ia juga tahu bahwa ada rencana untuk menikahkan Juliet dengan laki-laki lain. Hubungan cinta kasih mereka di ujung tanduk. Juliet sapai jatuh sakit memikirkan Romeonya. Romeo juga sadar bahwa hubungan mereka pasti ditentang oleh keluarganya, ditentang pula oleh keluarga Juliet.  Permusuhan mereka sudah semakin dalam karena kejadian saling bunuh yang terakhir. 

 Ee taun! Aduh malangnya

  • Juliet mencoba cara untuk bisa bertemu dengan Romeo, sebab Juliet tidak mencintai tunangannya itu, sementara hari penikahannya sudah dekat. Tinggal 2 hari lagi !. Dengan bantuan seorang dukun (Red-dukun dipakai untuk mengkontekskannya dengan budaya Orang Rimba) Juliet memperoleh ramuan obat. Ramuan obat itu kalau diminum akan membuatnya mati suri selama 2 hari. Tujuannya agar Ia tidak jadi dinikahkan dengan lelaki yang tidak ia cintai itu. Lalu, Ia membuat rencana pelarian dengan dukun. Juliet menulis sepucuk surat kepada Romeo tentang rencananya, mereka akan bertemu disuatu tempat lalu melarikan diri.  Nasib malang, surat itu tidak pernah sampai ke tangan Romeo.  

 Semua terperanjat. Mengubah posisinya dari tadinya tidur menggulung dalam sarung, lalu duduk tak sabar menyimak kelanjutan cerita.

  • Mendengar kabar Juliet kekasihnya meninggal, Romeo kembali ke kampungnya diam-diam. Hatinya perih, rasanya tak terperi. Dicabik-cabik kesedihan. Ia menangisi pusara kekasihnya itu. Baginya, apa lagi artinya hidup. Jika tidak di dunia ini, ia ingin bersama Juliet di alam baka. Lalu Ia memutuskan bunuh diri.  Mati disamping pusara kekasihnya itu. Setelah dua hari, hilanglah pengaruh obat itu, Juliet hidup dari mati surinnya, namun Ia malah mendapati kekasihnya telah mati bunuh diri. Tak sanggup menahan kesedihan, Juliet pun memutuskan bunuh diri. Mereka mati sama-sama.

Saya menyapu pandang ke raut wajah mereka. Mencoba menangkap emosinya. Sepertinya  tragedi itu menjalari tubuh mereka, seakan merasakan kepedihannya.

Setelah suasana kembali "netral", saya mengajukan beberapa pertanyaan untuk menangkap apa moral cerita Romeo dan Juliet pada mereka. Mereka tidak membayangkan bahwa ada tragedi seperti itu. Belum pernah ada pengalaman mental dengan kisah yang sama. Namun, ada beberapa kasus pasangan kekasih yang saling mencintai, tidak direstui orang tua, kemudian mereka lari. Mereka menginstilahkannya dengan "menyentak putus".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun