kau pasti ingat kala kau hempaskanku
di atas aula istana sederhana milikmu
aku baik-baik saja, aku kuat
namun aku lemah saat kau gorok
citra sosialku di hadapan karibku
Permadani...?
Ya, permadani itu tak elok lagi kupandang
kilap merahnya ternoda
karena kau tuangkan darah piluku
di sekelilingnya, yang kau himpun
dari tetesan luka saat kaubanting harga diriku
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!