TIDAAAK.
"Hmm, jelas ini bukan Sri Mulyani, bukan dosenku, juga bukan pembawa berita".
"Apakah 'aku' dikenal terutama karena penampilan fisikku ?"
YAAA.
"Aiii, penampilan fisik yang menonjol itu kan belum tentu cantik ! Bisa jadi menonjol itu karena tidak cantik, atau malah ...aneh !Hmm, aku harus bikin pertanyaan yang lebih spesifik, nih ..."
"Apakah 'aku' merugikan banyak orang ?"
IYAAA. (Beberapa orang tanpa sadar mengiyakan pertanyaan ini dengan geram).
"Wooo, jelas ini bukan artis. Ini pasti semacam pelaku kejahatan, entah perusak rumah tangga orang, atau ...koruptor", gumam Dinda sambil mengarahkan tatapan menyelidik pada semua orang. (Itu sebabnya perlu sekali menggunakan poker face sepanjang permainan ini, sobat ! Supaya responmu tak mudah terbaca ...)
*
Menariknya, di putaran awal kami selalu memastikan lebih dahulu apakah si ANU itu nyata atau fiksi. Namun ada kebiasaan aneh di kalangan kerabat yang tinggal di kampung, yaitu kegemaran mereka memilih pertanyaan ajaib semisal berikut :
"Apakah aku orang Islam ?" "Apakah aku artis ?"
Betapa rumit dan berliku jalan yang harus ditempuh untuk menemukan tokoh internasional seperti Einstein, Gandhi, bahkan ...Batman ...jika diawali dengan pertanyaan sesempit itu. Pertama, karena permainan ini hampir tidak memungkinkan kita menemukan jejak orang berdasarkan agamanya. Kebanyakan orang -dengan sedikit perkecualian- hanya bisa ditemukan jejaknya berdasarkan kontribusinya -yang entah positif atau negatif- bagid.u.n.i.a. Ke dua.... artis dan artis lagi? Wow... begitu besarnyakah pengaruh televisi lokal, yang telah menjejali isi kepala sebagian besar warga kita dengan gagasan tentang dunia gemerlap yang dangkal ?
?