Bekerjalah demi kemaslahatan orang banyak,
karena dengan cara begitulah uang akan datang dan bekerja untukmu."
Aku tidak tahu apakah kekayaannya berkurang setelah ia mendonasikan koleksi lukisannya yang berharga itu demi menghadirkan sebuah perpustakaan kota (yang anehnya malah sengaja dia namai dengan nama orang lain). Tapi yang kutahu, sebuah hukum Alam yang diyakininya itu telah ia buktikan dengan seluruh hidupnya, dan yang kulihat darinya adalah sosok kuat yang semakin 'bercahaya' saja. Jadi sudah pasti ada konspirasi langitan yang sengaja menghadirkan dia dalam hidupku, agar aku makin mantap untuk mematuhi hukum langitan yang sama dengannya ;-).
Seseorang lain yang ingin kukenang saat ini adalah pak Iyan Kusumadinata almarhum, seorang pemimpin salah satu perguruan seni bela diri di Bandung yang pernah menjadi penari istana pada masa Soekarno. Sayang sekali aku mengenalnya sebentar saja.
Tapi kata-kata terakhirnya padaku itu tidak akan pernah kulupakan :
"Sesekali, bergaullah kamu dengan orang-orang yang kurang cahayanya,
kurang ilmunya, bahkan mungkin kurang segalanya."
Aku tidak ingat mengapa, bahkan seingatku aku merasa tidak perlu bertanya mengapa.
Tapi yang kutahu, nasihatnya padaku itu pasti merupakan salah satu landasan kekuatannya untuk berperan serta secara 'tak terlihat' dalam mengendalikan kejahatan di berbagai daerah. Dengan seni tari, seni bela diri, dan pemahaman sufistiknya itu, jelas ia merupakan paket lengkap lainnya, dimana paduan antara kekuatan dan kelembutannya membuat dia menerima dan diterima, baik oleh 'golongan hitam' maupun 'golongan putih'.
Masih banyak orang Indonesia yang sangat kukagumi.
Ada sekelompok ilmuwan yang membuatku ternganga melihat keagungan Tuhan melalui cawan petri.