Mohon tunggu...
Tuty Yosenda
Tuty Yosenda Mohon Tunggu... profesional -

hanya perempuan kebanyakan dengan cita-cita 'kebanyakan' ;-) , yaitu jadi penonton, pemain, penutur, wasit, sekaligus ... penghibur. (^_^) \r\n\r\nblog personal saya adalah yosendascope.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kuharap Engkau Menemukan Virusmu Sendiri ;-)

11 Mei 2011   15:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:50 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebagian besar inspirator pribadiku adalah penulis, baik yang terkenal maupun kurang dikenal.

Salah satu yang kurang dikenal itu adalah pak Hidayat, seorang yang penulis sekaligus penerbit yang menarik hatiku setelah ia dengan sengaja 'berbagi kuenya' dengan penerbit-penerbit kecil. Ia bahkan menyempatkan dirinya untuk membujuk mereka yang tinggal di pelosok-pelosok supaya tidak berhenti berproduksi. Dan ini sungguh mengherankan : "Apa yang ada di benak pengusaha kelas menengah seperti dia yang malah berjuang untuk menghidupkan kembali 'para pesaingnya' ?"

Tak lama sesudah itu aku 'melihat', bahwa ia hanya sedang mengikuti sebuah hukum Alam yang kira-kira berbunyi:

'Mereka yang berbagi, akan semakin kaya'.

Kini, setiap kali aku berjumpa dengannya, aku selalu merasa menjadi saksi atas sebuah kenyataan bahwa hukum tersebut sangat benar adanya. Dialah salah satu paket lengkap itu, dimana pemikiran yang visioner, kreativitas, keuletan berusaha, dan kepedulian sosial ada padanya.

Inspirator pribadiku selanjutnya adalah seorang penulis terkenal bernama Ajip Rosidi.

Sejujurnya, aku belum sampai pada tahap mengagumi karya sastranya. Aku justru mengagumi karya kemanusiaannya, meliputi kepeduliannya pada literasi, pada budaya, juga pada benih-benih muda. Entah berapa banyak pemuda berbakat yang dibiayainya sendiri untuk belajar, termasuk mengikuti berbagai workshop di manca negara. Ratusan koleksi lukisannya adalah salah satu bukti, betapa besar apresiasinya pada seni, dan betapa ia peduli pada bakat-bakat baru yang memerlukan fasilitasi.

Buku, dunia tulis-menulis dan bahasa Ibu adalah perhatian pak Ajip yang bukan hanya tak pernah surut, malah diperluasnya dengan cara mengadakan apresiasi tahunan untuk penulis berbahasa Ibu dari berbagai daerah. Kini, setelah sekian tahun bekerja hampir seorang diri, ia bisa tersenyum puas melihat berbagai dukungan akhirnya datang mengalir.

Ya, buku dan dunia penulisan itulah yang telah membentuk seorang Ajip Rosidi, bukan pendidikan formal yang sengaja ia tinggalkan karena dianggapnya mengandung 'tipu-daya'. Tapi untuk seseorang yang tidak tamat SMA, mestinya lumayan juga dia bisa menjadi pengajar di Jepang selama puluhan tahun, bahkan menjadi Doktor Honoris Causa ;-)). Dan untuk seseorang yang cukup keras mengritik pemerintah (juga beberapa figur publik yang dianggapnya keliru), tentu menarik melihatnya mengomeli petugas pajak yang sedang berusaha mengajarinya 'siasat mengurangi pembayaran pajak' ;-).

Tapi yang paling mengesankan darinya adalah nasihatnya kepadaku :

"Janganlah engkau bekerja demi uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun