Membayar tagihan restoran sesuai angka yang tertulis di nota itu artinya … menghukum pelayan karena tidak memuaskan pelanggan, begitu aturan tak tertulis yang dilihat Benny di Amerika dan Kanada. Bahkan kalau kau sangat puas, tunjukkan dengan tip yang besarnya antara 15-20 % dari tagihan. Wow, sudah pasti ini memberatkan, bahkan Benny menyebut kebiasaan barunya sebagai Tipper ini seperti "kedutan yang menjengkelkan". Ia benci "pemaksaan" semacam ini, apalagi perbuatan ini tidak adil pada tukang sampah dan supir truk yang tidak bisa minta tip seperti pengantar pizza dan supir taksi.
Untungnya di Taiwan ia mendapatkan pengalaman lain; ia dikejar pelayan restoran yang bertanya mengapa ia meninggalkan uangnya di meja, padahal semua makanannya sudah dibayar.
Well Benny, di Jepang juga sama. Supir taksi di sana selalu menolak tip dengan tegas !
3. Orang Prancis menghabiskan segelas kopi berjam-jam
"Mengopi itu bukan tentang mengisi darah dengan kafein, tetapi tentang pengalaman duduk di kafe sambil berbincang-bincang dengan teman, atau sambil membaca buku. Engkau cukup memesan kopi segelas, dan hirup sedikit-sedikit seakan-akan itu jatahmu untuk seumur hidup. Tidak masalah meskipun kopinya menjadi dingin", kata Benny.
Ya ampun, Benny, kamu itu datang dari planet mana sih ? Sekarang kita yang kudu heran, karena kita - Indonesian - memang menggunakan istilah "ngopi bareng" untuk kongkow-kongkow.
Namun hebatnya, Benny si Irlandia ini sangat menikmati kebiasaan barunya. Baginya, berlama-lama makan bersama teman-teman itu sebuah pelajaran berharga, bahwa hidup harus dinikmati sebaik-baiknya. Tidak perlu terburu-buru, toh yang disebut pengalaman hidup - yang merupakan 'hadiah' itu - ya … sekarang ini ! The present !
4. (Jangan) Katakan Sejujurnya !
Berkata terus-terang itu normal, bahkan merupakan cara untuk menghormati orang, begitu keyakinan orang Jerman dan orang-orang di beberapa negara Eropa Utara, termasuk Benny. Kebenaran tak perlu diperindah lagi, apalagi dilapisi "gula", atau ditata seperti sandwich dengan lapisan "roti" berupa pujian, atau dibungkus dengan basa-basi. Itu sebabnya Benny cukup bingung saat berhadapan dengan orang Kanada, yang kebenaran kata-katanya justru ada di kebalikannya (Hmmm, serasa kenal ya? :-) ).
Ia terpaksa belajar mengubah kata-kata : "Itu ide buruk !" Â dengan kalimat menyesatkan seperti : "Itu ide yang cukup bagus, tapi ... Â "
Ia juga tidak lagi berkata "Tidak !", malah menggantinya dengan omong kosong seperti : "Saya akan memikirkannya."