Mohon tunggu...
Athiya Dyah Respati
Athiya Dyah Respati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030012/UIN Sunan Kalijaga

Penikmat karya seni, budaya, dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

"Angguk" Tarian Penakluk Mata, Pengusir Pikiran Suntuk

18 Juni 2024   23:43 Diperbarui: 19 Juni 2024   21:00 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi pribadi Ariyanto

Tari Angguk dibawakan oleh 12 hingga 16 orang dengan didampingi oleh seorang sesepuh sebagai juru ndadi. Ndadi atau kesurupan menjadi hal yang paling menarik dan ditunggu-tunggu oleh penonton. 

Pada proses ndadi, penari akan dipakaikan kacamata hitam lalu diputar-putar beriringan dengan musik yang semakin cepat. Penari akan merasa pusing hingga tubuh mulai bergerak tanpa sadar. 

Sebelum dimulai biasanya terdapat ritual doa memohon keselamatan dan kelancaran menggunakan sesaji yang terdiri dari jenang merah, jenang putih, nasi tumpeng, pisang raja, lawe, golong, kinang, bunga mawar, bunga melati, air kendi, minyak wangi, daun dadap srep, janur kuning kelapa muda, klowoan berisi air dan telur.

Perubahan teknologi juga mempengaruhi perkembangan dari tari angguk, misalnya saja terkait musik. Dahulu musik dilakukan secara langsung dengan 2 penembang atau penyanyi dan 13 wiyaga atau pemain musik, kini sudah bisa melalui audio speker atau rekaman yang dihubungkan dengan peralatan sound. 

Alat musik yang digunakan dalam mengiringi tarian ini terdiri dari bedug, kendang biasa, kendang jaipong, saron, kecrek, rebana. Kini dimodifikasi dengan penambahan orgen tunggal dan drum. Beberapa lagu yang digunakan berjudul ukir-ukir, sekar mawar, klonosewandono, jarum-jarum, sarine nambani dan lain-lain. Selain itu, kini tari angguk dikembangkan menjadi senam yang terdiri dari dua versi.

Ayu (19) dan Ariyanto (17), penari angguk yang hingga kini masih aktif. Tujuan keduanya menari angguk tidak lain yaitu untuk melestarikan budaya dan menyalurkan hobi.

Ayu sudah menari angguk sejak duduk di bangku sekolah dasar usia 11 tahun. Ketertarikannya berawal dari pengalaman melihat pentas tari angguk dalam rangka kenaikan kelas yang rutin diadakan oleh Sanggar Sripanglaras, Pripih, Hargomulyo, Kokap. 

Sejak saat itu, Ayu ikut latihan tari angguk di Sanggar Sripanglaras yang dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu. Sanggar Sripanglaras sendiri ialah sanggar tari milik Sri Wuryanti yang berdiri pada 2001. 

Sri Wuryanti pernah mendapatkan penghargaan Anugerah Kebudayaan Gubernur D.I.Y. 2019 katagori Pelestari Seni karena keseriusan dalam mewariskan tari angguk kepada murid-muridnya hingga difabel SLB Negeri 1 Kulonprogo. Seiring waktu dan kenaikan kelas, Ayu menjadi salah satu murid kepercayaan dan kebanggaan Sri Wuryanti.

Sumber: Dokumentasi pribadi Ayu
Sumber: Dokumentasi pribadi Ayu

Banyak pentas di berbagai daerah hingga luar kota yang sudah ditaklukan oleh Ayu. Dari pentas-pentas tersebut, Ayu mendapatkan banyak pengalaman dan menambah uang saku. Kesulitan yang dihadapi Ayu sebagai penari angguk ialah ketika harus latihan mendadak dengan variasi baru karena kejar tayang atau acara segera diselenggarakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun