Mohon tunggu...
Andri Setiawan
Andri Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Aku Membaca Maka Aku Ada

Kemampuan terbesar manusia adalah bergosip dan berimajinasi

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Relevansi Antara Konsep Ibnu Khaldun dengan Sosial Politik Indonesia Menuju Perubahan Kekuasaan Tahun 2024"

19 Juni 2021   22:47 Diperbarui: 19 Juni 2021   23:42 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Satu pertanyaan, ada di tahap berapa posisi Indonesia saat ini? Jika kita di tahap pertama maka seharusnya rakyat kita seyogyanya bersatu. Jika di tahap kedua penguasa di negara kita menguatkan pemerintahannya.

Jika di tahap ketiga negara kita hanya menikmati hasil dari pemerintahan sebelumnya. Di tahap keempat negara kita kehilangan kreativitas dan negara stagnan. Di tahap kelima harusnya moral pemerintahan kita rusak, banyak korupsi, suap, dan jual beli jabatan atau di tahap terakhir negara kita hancur lebur.

Ibnu Khaldun memberikan solusi agar sebuah hancurnya agak lama karena sebuah negara pasti hancur, yang hanya membedakan hanya soal waktunya saja, solusinya yaitu pemerintah dengan melibatkan rakyat harus terus berfikir, mempunyai kreativitas baru dan memiliki terobosan-terobosan baru serta menghindari perusakan moral dari kelompok pemerintahan, jika kreativitas hilang dan moral penguasa rusak, tunggu waktunya saja, pasti hancur.

Adapun "Ulama", menurut Ibnu Khaldun, harus jauh dari persoalan-persoalan politik dan hal-hal yang rumit. Ulama adalah manusia yang paling jauh dari politik dan seluruh cabang-cabangnya. Ulama seharusnya menjauh dari dunia politik karena watak mereka lebih cenderung tenggelam atau menenggelamkan diri dalam "dunia ide" dan "refleksi intelektual". Mereka cenderung melakukan abstraksi, dalam pengertian mencari pola-pola umum dari data-data empirik yang terserak. Minat mereka bukan pada fakta-fakta empiris yang bersifat sporadis dan carut marut, tetapi mencari pola-pola umum atau apa yang disebut oleh Ibnu Khaldun sebagai "umur kulliyyah ammah".

Beberapa Pandangan Terhadap Pemikiran Ibnu Khaldun


Menurut Mark Zuckerberg (CEO Facebook), yang menarik dari Muqaddimah Ibnu Khaldun adalah fokus dan kemampuannya mengupas alur kemunculan masyarakat dan kebudayaan manusia, termasuk timbulnya kota, politik, perdagangan, hingga ilmu pengetahuan. Karena itu, meski hampir 700 tahun lalu diterbitkan, Mark merasa buku ini masih sangat relevan dan layak dibaca.

Teori-teorinya tentang berbagai studi ilmu pengetahuan merupakan temuan revolusioner yang diakui, sekaligus dirujuk oleh para pemikir besar dunia, seperti Adam Smith (1723---1790), Immanuel Kant (1724-1804), G.W.F Hegel (1770-1831), Karl Marx (1881-1883), Max Weber (1864---1920), Arnold J. Toynbee (1889---1975). Sebuah legacy yang membuatnya diakui sebagai Bapak Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Sejarah.

Tak hanya penting untuk para akademisi, buku ini juga penting untuk para pengambil kebijakan dan pebisnis. Presiden AS ke-40, Ronald Reagan, tercatat pernah sukses mengatasi inflasi di Amerika karena kitab Muqaddimah.

Penutup


Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:


Menurut Ibnu Khaldun, idealnya suatu negara berdasarkan nilai Islam secara formal untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran, namun ia juga tidak menutup realitas bebrapa negara yang dapat berkembang secara progresif, mandiri, dan mencapai kesejahteraan tanpa harus berasaskan Islam secara formal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun