Mohon tunggu...
Mantan Jomblo
Mantan Jomblo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yang Tersisa dari Inbox Facebook, Sebuah Kenangan

7 Februari 2017   16:35 Diperbarui: 7 Februari 2017   16:48 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang ini iseng membuka inbox FB, terus scroll ke bawah. Sebuah ucapan menikah dari wanita yang dulu sangat aku cintai dan inginkan menjadi pendamping hidup. Aku lebih dulu menikah dibanding dengannya. Foto inbox itu adlaah percakapan terakhir kami, yang berlangsung di akhir tahun 2013.

Percakapan sebelumnya berlangsung sekitar tahun 2011. Pada tahun 2012, aku memberanikan diri untuk melamar menikahinya, namun ditolak. Mungkin pada bertanya-tanya, memang selama ini ga pacaran? ya memang kami dekat tapi tidak pernah pacaran, begini ceritanya.

-----------------------------------------------------------------------------

Kisah ini terjadi di salah satu kampus negeri di kota besar Jawa Tengah. Saat itu tahun 2007, aku yang seperti dirinya aktif sebagai pengurus BEM. Pertengahan tahun, artinya saat itu adalah masa-masa penerimaan mahasiswa baru di kampus.

Sebenarnya aku tak pernah memperhatikannya sama sekali, benar sama sekali. Aku juga tak sadar kalo dia ternyata sangat cantik, bener-bener salah satu yang paling cantik di angkatanku.

Singkat cerita, teman-temanku mulai membicarakannya. Karena salah seorang temanku nembak dan si dia tak kunjung menjawab, meski belakangan tersiar kabar bahwa sebenarnya dia mau menjadi pacar temanku itu. Well yang suka tak hanya satu, tapi beberapa orang. 

Aku masih biasa saja, tak terlalu menggubris, juga belum memperhatikan secantik dan sebaik apa orangnya. Karena aku sendiri waktu itu masih terlalu sulit melupakan kenagan-kenangan lama, meski sebenarnya aku belum pernah juga pacaran waktu itu, karena takut ditolak cewek.

Lalu suatu hari saat penerimaan mahasiswa dan acara ospek, dia menghampiri dan mengajak ngobrol. Kebetulan saat itu dia menjadi panitia dan aku yang bandel ini buat sedikit keributan dan mundur dari kepanitiaan. Hmmm mungkin dia ajak ngobrol aku karena peristiwa "pemberontakan" yang terjadi, hehehe.

Entah kenapa biasanya aku agak kikuk kalo ngobrol sama cewek cantik, tapi berbeda dengan cewek satu ini. Aku easy going dan...........

"Kamu cakepan kalo rambutnya dikuncir," kata-kata itu meluncur dari mulutku sembari aku ngloyor meninggalkannya sendirian.

Esoknya

Ya, dia menguncir rambutnya jadi terlihat jauh lebih cantik dan elegan. Momen ini membuat hatiku bergetar (yaelah kayak sinetron), beneran ini serius dah. Sudah pada nonton film Taiwan judulnya "You're The Apple of My Eye" kan, ya kayak gitu lah kira-kira.

Aku ini aslinya ga mudah jatuh cinta, tapi ya begitulah peristiwa itu membuat aku GR banget, sumpah. Berhari-hari aku kepikiran dan melihat perkembangan situasi. 

Dan eng ing eng, beberapa saat kemudian doi pake jilbab rapi banget. Jleb jleb jleb, langsung kepikiran mati gw..

Doi langsung ikutan pengajian mahasiswa di kampus gitu, sama mbak-mba galak yang jagain binaannya biar ga diembat cowok bengal macem aku ini. Tapi sumpah gara-gara dia pake jilbab, aku malah jadi tambah suka dan makin penasaran pake banget.

Dan akhirnya

Yeee dan akhirnya setelah sekian lama ikut kegiatan bersama UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang doi ikutin, aku memberanikan diri untuk nembak, yes ini pertamakali dalam hidup. hahaha sumpah deg-degan.

November 2007, bertempat di depan perpustakaan, aku beranikan diri mengajak ngobrol. Lalu keluarlah kata-kata sakti itu, wkwkwkwk

"Mau ga jadi pacarku," hahahaha sumpah mau ngomong itu tegang bener.........

Dan saat itu juga dia jawab ga bisa. Oke aku ngerti karena dia sekarang lagi dalam posisi belajar mendalami agama lebih jauh, apalagi baru aja pake jilbab. Dan aku berpikir dia mungkin butuh waktu.

Malamnya aku ajak ketemu lagi, bertempat di penjual jagung serut. Berharap dia datang sendiri ternyata dia ngajak temennya yang super duper galak abis, hahaha, ampun dah.

Di malam itu aku kembali nembak kedua kalinya, langsung dijawab mantap "apaan sih", dia tegas jawab ga mau jadi pacarku.

Yaudah pasca itu, aku kirim surat permintaan maaf sudah membuatnya dalam suasana ga enak. Tapi aku tetep ga mau nyerah. Ga banyak yang tahu penembakan ini, hehehe. Beberapa teman yang tahu menganjurkan aku ikut pengajian kampus agar fokus. Dan akhirnya begitulah yang terjadi, aku tenggelam dalam aktivitas kampus, sampai lulus.

Sempat saat di BEM universitas kami bertemu dan ngobrol sekadarnya, kadang masih ada keinginan untuk memulai hubungan lebih dari sekedar teman. Tapi waktu itu aku sudah sibuk dengan kegiatan kampus yang sangat banyak. Sampai kamipun lulus dan tak pernah bertemu lagi.

Pasca Kampus

Selepas lulus, aku termasuk yang kurang serius mencari kerja. masih terjebak dengan suasana aktivis dan berbagi, lupa dengan diri sendiri, termasuk mencari pasangan hidup. Entah bagaimana awalnya kami berdua tiba-tiba terkoneksi lewat Facebook dan beberapa kali saling inbox dan akhirnya bertukar nomor.

Walau mempunyai nomor, aku segan untuk menelponnya, aplaagi dia sudah sibuk menjadi PNS. Tapi dari SMS dan inbox FB aku percaya dia juga menaruh harapan yang sama padaku, sampai akhirnya aku harus membuktikan itu.

Selang 5 tahun sejak aku ditolak, pada tanggal yang sama pada bulan November 2012 aku meberanikan diri untuk melamarnya. 

Saat itu siang menjelang sore, aku kirim SMS padanya, memberanikan mengajaknya menikah. Aku terus menunggu jawaban, namun tak kunjung ada SMS masuk darinya.

Bahkan sampai jam 12 malampun SMS yang ditunggu tak ada. Keesokannya aku membuka BlackBerry dan cek SMS darinya. Sungguh aku menangis saat membaca SMS berisi menolak ajakan menikah dariku. 

Setelah itu sering aku berpikir, apa yang salah? Apa aku pria yang terlalu banyak aktivitas diluar kebiasaan para pria lainnya? Pasca penolakan itu, aku benar-benar melupakannya. Sampai pada akhirnya aku menemukan wanita pujaan yang menjadi istri setiaku saat ini, tepat setahun setelah penolakan itu. Pasca penolakan itu pula, tak sekalipun aku berkomunikasi dengannya.

Sampai saat beberapa hari setelah aku menikah dia mengirimkan inbox FB memberikan selamat. Itu adalah komunikasi terakhir kami berdua, pada akhir 2013. Sampai akhirnya di tahu dia menikah di tahun berikutnya.

Sungguh bukan hati ini ingin mendua, tapi kenangan ini sangat membekas. Karena dia adalah wanita pertama yang benar-benar mengambil peran dihatiku, termasuk yang mendorong perubahanku sampai saat ini. Sampai sekarang aku masih menyimpan nomornya, tapi bila dicek ke WA tak ada akun atas nomor itu. Entah apakah sudah berganti nomor.

Yang masih misteri dan ingin selalu aku tanyakan adalah, apakah pernah dia memberikan sedikit tempat bagiku di hatinya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun