Mohon tunggu...
Mantan Jomblo
Mantan Jomblo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yang Tersisa dari Inbox Facebook, Sebuah Kenangan

7 Februari 2017   16:35 Diperbarui: 7 Februari 2017   16:48 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yaudah pasca itu, aku kirim surat permintaan maaf sudah membuatnya dalam suasana ga enak. Tapi aku tetep ga mau nyerah. Ga banyak yang tahu penembakan ini, hehehe. Beberapa teman yang tahu menganjurkan aku ikut pengajian kampus agar fokus. Dan akhirnya begitulah yang terjadi, aku tenggelam dalam aktivitas kampus, sampai lulus.

Sempat saat di BEM universitas kami bertemu dan ngobrol sekadarnya, kadang masih ada keinginan untuk memulai hubungan lebih dari sekedar teman. Tapi waktu itu aku sudah sibuk dengan kegiatan kampus yang sangat banyak. Sampai kamipun lulus dan tak pernah bertemu lagi.

Pasca Kampus

Selepas lulus, aku termasuk yang kurang serius mencari kerja. masih terjebak dengan suasana aktivis dan berbagi, lupa dengan diri sendiri, termasuk mencari pasangan hidup. Entah bagaimana awalnya kami berdua tiba-tiba terkoneksi lewat Facebook dan beberapa kali saling inbox dan akhirnya bertukar nomor.

Walau mempunyai nomor, aku segan untuk menelponnya, aplaagi dia sudah sibuk menjadi PNS. Tapi dari SMS dan inbox FB aku percaya dia juga menaruh harapan yang sama padaku, sampai akhirnya aku harus membuktikan itu.

Selang 5 tahun sejak aku ditolak, pada tanggal yang sama pada bulan November 2012 aku meberanikan diri untuk melamarnya. 

Saat itu siang menjelang sore, aku kirim SMS padanya, memberanikan mengajaknya menikah. Aku terus menunggu jawaban, namun tak kunjung ada SMS masuk darinya.

Bahkan sampai jam 12 malampun SMS yang ditunggu tak ada. Keesokannya aku membuka BlackBerry dan cek SMS darinya. Sungguh aku menangis saat membaca SMS berisi menolak ajakan menikah dariku. 

Setelah itu sering aku berpikir, apa yang salah? Apa aku pria yang terlalu banyak aktivitas diluar kebiasaan para pria lainnya? Pasca penolakan itu, aku benar-benar melupakannya. Sampai pada akhirnya aku menemukan wanita pujaan yang menjadi istri setiaku saat ini, tepat setahun setelah penolakan itu. Pasca penolakan itu pula, tak sekalipun aku berkomunikasi dengannya.

Sampai saat beberapa hari setelah aku menikah dia mengirimkan inbox FB memberikan selamat. Itu adalah komunikasi terakhir kami berdua, pada akhir 2013. Sampai akhirnya di tahu dia menikah di tahun berikutnya.

Sungguh bukan hati ini ingin mendua, tapi kenangan ini sangat membekas. Karena dia adalah wanita pertama yang benar-benar mengambil peran dihatiku, termasuk yang mendorong perubahanku sampai saat ini. Sampai sekarang aku masih menyimpan nomornya, tapi bila dicek ke WA tak ada akun atas nomor itu. Entah apakah sudah berganti nomor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun