Mohon tunggu...
Mansar Hugo
Mansar Hugo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Santun Berbahasa di Media Sosial, Kajian Linguistik Forensik

24 November 2018   07:05 Diperbarui: 24 November 2018   07:42 1845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Data 7:"Jilbab babi tukang sihir binatang anjing, hidung anjing, babi setan!".(11 Januari 2017 pukul 20.48 Wit).

Penggalan data di atas, menunjukkan bahwa kata hinaan "binatang, anjing, babi, gurita" muncul dengan frekuensi yang paling tinggi, yakni sebanyak  67 kali. Disusul dengan kata hinaan "biadab"dan"sihir, santet" yang masing-masing muncul sebanyak 11 kali. Selanjutnya, kata hinaan "setan" yang muncul sebanyak 8 kali. 

Dan, kata hinaan "iblis" muncul sebanyak 6 kali, kata hinaan "jahat, keji, jahanam", "gatal", dan "puki" masing-masing muncul sebanyak 3 kali. Kemudian, kata hinaan yang paling terendah frekuensi kemunculannya adalah "busuk" yakni sebanyak 1 kali. Dapat disimpulkan bahwa kata hinaan yang frekuensi kemunculannya sering  atau banyak mengungkap fakta bahwa nilai rasa penghinaan dengan sengaja menjadi lebih dominan dengan jumlah total 113 kali.

 Diagram 1. Presentase Kata Hinaan dalam Kasus Pencemaran Nama Baik
 Sumber: BAP Ahli Bahasa, Polres  Manokwari 2017
 

4. Paradigma Linguistik Forensik

Dalam perspektif linguistik forensik, paradigma pembuktian mengandung implikasi pemberian kepastian yang bersifat mutlak bagi setiap orang berdasarkan logika dan pengamatan-pengamatan yang diperoleh dari nilai rasa dan pertimbangan akal. Pembuktian 'evidence' dalam linguistik forensik merujuk pada pandangan Sir Roland Burrow dalam Ali dan Wiwie (2012:18) bahwa pembuktian dimaksudkan (1) untuk menunjukkan beberapa fakta yang mungkin dikenali sebagai bukti, dan (2) beberapa fakta kasus yang mempunyai relevansi dengan peristiwa yang dipersengketakan. Selain itu, Patton (1964:545) menyebutkan bahwa alat bukti yang digunakan sebagai alat dalam proses pembuktian terdiri atas tiga bagian, yakni (1) data lisan atau testimoni teks, (2) data tulis (dokumen teks), dan (3) material (Warami, 2014:325). Berikut ini disajikan cuplikan data yang dapat dieksplikasi dalam paradigma pembuktian linguistik forensik.

Kata Gatal

Kata Gatal merupakan ungkapan atau sebutan yang merujuk pada bentuk, cara, dan perbuatan yang mengacu pada (1) berasa sangat geli yang merangsang pada kulit tubuh (karena kuman atau kutu),  (2) mendatangkan perasaan gatal, (3) suka atau memiliki niat ingin bersetubuh,  dan (4) ingin sekali melakukan tindakan tertentu  (memukul, dsb) (bdk. KBBI, 2015:421). Selain itu, kata Gatal sebagai kata atau frasa yang saling merujuk pada pembicaraan mengasosiasikan perilaku manusia sebagai makhluk yang terhina dan suka berbuat sesuatu.

Eksplikasi Kata Gatal

 

Dalam kondisi tertentu, X mengetahui Y
X mengatakan bahwa Y memiliki kelainan perbuatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun