"Abang barusan telpon, minta suruh Akang angkat telpon Abang. Katanya penting," sahut Mirna terburu-buru.
Dengan santai Jojo menjawab,"Malas ah. Sama Kamu aja. Tanya dia butuh apa. Terus kamu sendiri yang putusin, dikasih apa enggak."
"Ah, enggak boleh kayak gitu sama kakak sendiri. Kan gak selalu dia telpon hanya pas ada butuhnya sama kamu," ujar Mirna menegur suaminya.
"Tadi sudah aku tanya juga ada apa, tapi dia butuh ngomong langsung. Katanya soal ibu," lanjut Mirna.
Jojo tersipu ditegur sang istri, lalu berkata."Iya sayang, bidadariku yang cantik. Jangan marah dulu ya. Ini bergetar lagi ada nomer lain masuk, sepertinya Abang telfon. Dah dulu aku mau angkat telfon Abang."
Jojo lalu memindahkan hubungan telepon ke penelepon selanjutnya.
Tiba tiba diujung sana, terdengar suara khas Abangnya dengan nada kesal,"Dimana kamu! Ibu pingsan. Kalo bisa segera pulang."
Tanpa aba-aba abangnya terus nyerocos ngomelin adik bungsunya itu.
Jojo hanya menjawab"ya" setiap omongan abangnya tanpa membantahnya. Kemudian menutup teleponnya. Dia kembali menikmati kopi yang sudah agak dingin, lalu ke tempat wudu yang sekarang sudah kosong.
Telepon kembali berdering, tapi  kali ini dari keponakannya yang sudah dewasa. Jojo segera mengangkat telepon dari keponakannya.
"Assalammualaikum Om, dimana? Aku lagi dekat rumah Om. Anak-anak aku jemput ya? Kebetulan aku bawa mobil dan disuruh ayah jemput anak Om," ujar Ragil, keponakan Jojo.