"Iya, Â ibu sakit. Kalau sempat, aku ingin mencicipi mengurus Ibu Kang," pinta Mirna.
Jojo hanya tersenyum lembut mendengar permintaan istrinya.
Sambil berpamitan dan mengecup kening istrinya, Jojo mengusap pipi Mirna dan berkata lembut namun tetap menunjukkan kekerasan hatinya,
"santai saja, anak ibu gak cuman satu. Masih ada anaknya yang lain yang bisa mengurusnya, sedangkan anak-anak kita cuman kita yang wajib memenuhi keperluannya. Jadi ga usah kamu pikirkan orang tuaku. Fokus saja sama anak-anak ya."
"Aku yang ingin Kang. Aku yang butuh. Kita yang butuh berkah dari merawat orangtua, sebelum menyesal." Paksa Mirna, sambil berlalu.
Justru dengan santai seolah tanpa beban Jojo menjawab,"Iya. Nanti kita liburan di sana dan menginap satu atau dua hari."
Selanjutnya Jojo pergi dengan motor menuju tempatnya bekerja.
Pukul 12.30 siang Jojo baru keluar tempat meeting. Dia bergegas menuju kantin di sebelah musala. Lalu dia memasan kopi hitam untuk diminum selepas salat zuhur. Waktu hendak ambil air wudu sedikit antri sehingga dia sempatkan dulu meminum kopinya.
Tiba-tiba handphone (hp) jadul Jojo berdering. Dilihatnya nomor yang masuk adalah nomor abangnya, maka dikecilkan volume-nya dan masukan lagi ke kantong celananya. Tak lama berselang hp kembali bergetar tanpa suara. Dia kembali melihat nomornya, ternyata Mirna yang telpon. Segera Jojo angkat teleponnya.
"Asalamualaikum Kang. Maaf, Akang lagi sibuk?" tanya Mirna.
"Enggak juga. Ini akang lagi antri di musala sambil minum kopi. Ada apa?" Jojo balas kembali dengan pertanyaan.