Gienrich menjelaskan bahwa kekuatan propaganda adalah pada rangkaian kata-kata yang impresif dengan didukung teknik-teknik yang selaras. Sasaran propaganda tentu saja publik yang awam tentang seluk-beluk suatu masalah. Teknik-teknik propaganda semacam ini, tentu saja bertentangan dengan etika, bertentangan dengan ajaran agama, dan yang terakhir, bertentangan dengan nilai-nilai luhur kita sebagai bangsa Indonesia.
Bagaimana cara kita menyikapi propaganda?
Cara kita untuk menyikapi propaganda adalah kita harus jujur, fair dan adil. Kalau propaganda dihadapi pula dengan propaganda, dunia ini akan makin kacau balau. Dengan propaganda, orang dapat menciptakan “surga”, namun dengan propaganda juga orang dapat menciptakan “neraka” di tengah sebuah komunitas.
Kita harus selalu berusaha untuk membangun diskusi, bertukar pikiran dengan semangat intelektual atas dasar saling menghormati.
Diskusi intelektual semacam ini adalah sebuah diskusi yang bertujuan untuk mencari pencerahan, bukan untuk membangun citra buruk, memojokkan, dan menjatuhkan seseorang untuk tujuan tertentu.
Semoga saya, Anda, dan kita semua bisa menjauhkan diri dari kegiatan yang bernuansa agitasi, propaganda, dan perang urat syaraf. Salam Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H