Bagian 1 Masa Kecil Rini
Oleh: Ena Rohana Genibara/Mang Utas
Angin pagi berhembus menyingkap selimut, menggelitik telapak kaki kecilnya, disusul suara adzan Subuh yang bersahutan dari setiap penjuru Kota Sragen. Tak seberapa lama derik timba sumur disamping rumahnya berbunyi memecahkan mimpinya.
Terdengar langkah kaki mendekati kamar tidurnya, lalu ada belaian tangan yang mengusap punggung penuh kasih sayang. “Nak bangun… sudah Subuh tuh…Shalat gih..”
“Iya Bu bentar…” jawabnya sambil menarik erat selimutnya.
“E.e.eh…piye toh..iki, kan kata Pak Ustad juga gimana kemarin? Kalau Shalat tidak boleh ditunda-tunda..masih ingat?”
“Iya..iya Bu..Rini mau bangun nih”
“Nah gitu ini namanya putri cantik Ibu.”
Bapaknya yang sedari tadi menimba air sumur masuk ke dalam rumah kemudian mengambil handuk, “Rin cepetan ambil wudhu kita Shalat berjamaah.”
Si kecil Rini hanya menganguk, terus keluar kamar diikuti ibunya.
Selesai menunaikan Shalat Subuh, Rini dan Ibunya pergi menuju dapur kemudian menyalakan tungku perapian.
“Mau masak apa Bu?” tanya Rini membuka percakapan