Ibu sangat senang jika barang belanjaannya memiliki kualitas dan harga yang cocok, Pasar Tanah Abang emang tempatnya.
"Kasih hadiah ke orang jangan sembarangan. Kalau kain-kain itu dipakai salat dan ngaji, kan seneng. Ibadah kepada Allah harus berpakaian bagus," kata Ibu.
Tahun ini sangat nyesek bagi ibu. Tabungan selama setahun dari hasil laba dagangan memang sudah direncanakan untuk membeli hadiah ramadan. Tapi, karena Jakarta masuk zona merah pandemi Covid-19, oprasional Pasar Tanah Abang pun ditutup.
Ibu sebenarnya ingin beralih ke Pasar Rau Serang, tapi karena menjelang ramadan diumumkan adanya pasien Covid-19, rencana itu pun dibatalkan.
Ibu memang tidak begitu paham tentang virus corona, namun anak-anaknya menahan agar Ibu tidak pergi ke pasar. Akibatnya, hingga menjelang pertengahan ramadan belum ada hadiah yang dibeli.
"Bagikan uangnya saja, Bu," saya mengusulkan.
Bagi ibu hadiah berupa kain dan uang itu hal yang berbeda. Biasanya, jika pelanggan warung terlihat mampu secara ekonomi, Ibu hanya memberinya hadiah kain. Namun jika pelanggan termasuk keluarga miskin, hadiah dobel dengan sebuah amplop berisi uang.
"Ke pasar tidak bisa, Bu. Jangan memasakan diri," kata saya mencoba memberi pemahaman.
Hingga kemudian Abang menyarankan untuk membeli hadiah lebaran melalui belanja online.
"Harganya murah. Tinggal pilih dan transfer saja," kata Abang sambil menunjukan aplikasi belanja online di HP.
Banyak pertimbangan untuk membeli belanja online. Apalagi Ibu sering mengungkit-ngungkit jika saya sering mendapatkan baju yang dibeli online tidak sesuai dengan ukuran yang ditawarkan.