Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Romantika Papandayan, Menyesap Rindu pada Yasinta

29 Oktober 2019   15:32 Diperbarui: 29 Oktober 2019   15:47 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yah, edelweis, bunga abadi yang tidak bisa dipetik dan dibawa pulang. Kecantikannya cukup bisa dikunjungi saja. Yasinta, menjelma menjadi edelweis, cantik membuat saya jatuh cinta. Namun kenyataan pahit sesampainya di Bandung, Yasinta mengenalkan tunangannya. Satu bungkus bubuk kopi menjadi buah tangan yang diberikan kepada saya sebelum kembali pulang ke Cilegon.

Begitulah kenangan, bisa dinikmati atau merasa tersakiti. Seperti kopi yang pernah diteguk dalam satu cangkir, namun urusan hati tidak bisa dimiliki oleh dua jiwa. Namun pahitnya kopi arabika Garut menjadi penawar rasa rindu, anatara arabika, Yasinta, dan Papandayan.

"Minggu lalu, saya ke Bandung, bertemu Yasinta bersama suaminya. Kemudian menitipkan kopi Garut, untukmu," kata Waseh, saat saya kembali tersadar dengan kisah yang pernah ada.

Saya hanya tersenyum, kopi adalah pahit, tapi tidak dengan patah cinta---manis dikenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun