Mohon tunggu...
Kusnandar S.Pd
Kusnandar S.Pd Mohon Tunggu... Guru - Guru

Berusaha agar berarti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Berdiferensiasi

15 November 2022   23:47 Diperbarui: 16 November 2022   00:00 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (dalam Nurcahyani, 2022) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid.

Melakukan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan sejumlah cara yang berbeda untuk mengajar sejumlah murid. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. 

Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu beberapa murid dalam waktu yang bersamaan.

Pembelajaran berdiferensiasi memiliki ciri/karakteristik sebagai berikut.

1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas.

2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya.

3. Bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang mendukung murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi.

4. Manajemen kelas yang efektif.

5. Penilaian berkelanjutan melalui penilaian formatif dan penilaian sumatif.

Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Kebutuhan belajar murid dapat dilihat dari 3 aspek, yaitu kesiapan belajar, minat murid, dan profil belajar murid.

  • Kesiapan Belajar (Readiness)

Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru. Adapun tujuan memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar ini adalah untuk memastikan bahwa semua siswa diberikan pengalaman belajar yang menantang secara tepat.

  • Minat murid

Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri.

Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid diantaranya adalah dengan: menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya dengan humor, menciptakan kejutan-kejutan,), menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid, mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid, menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based learning).

  • Profil belajar murid

Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara alami dan efisien.

Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor di antaranya: preferensi terhadap lingkungan belajar (suhu ruangan, tingkat kebisingan), pengaruh budaya (santai – terstruktur, pendiam – ekspresif, personal – impersonal), preferensi gaya belajar (visual, auditori, kinestetik), dan preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (visual-spasial, musical, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic matematika).

Peran Penilaian dalam Pembelajaran Berdiferensiasi

Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, proses penilaian memegang peranan yang sangat penting. Guru diharapkan memiliki pemahaman yang berkembang secara terus menerus tentang kemajuan akademik murid-muridnya agar ia bisa merencanakan pembelajaran sesuai dengan kemajuan tersebut. 

Guru diharapkan dapat mengetahui di mana posisi murid-muridnya saat mereka akan belajar dan mengaitkannya dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Ini tentunya akan berbeda-beda untuk setiap murid, untuk setiap mata pelajaran, untuk setiap materi, dan bahkan untuk setiap waktu, karena kondisi psikologis dan kemampuan seorang anak mungkin saja berbeda dari waktu ke waktu. 

Penilaian, dalam hal ini akan berfungsi seperti sebuah kompas yang mengarahkan dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi. 

Penilaian adalah proses mengumpulkan, mensintesis, dan menafsirkan informasi di kelas untuk tujuan membantu pengambilan keputusan guru. Ini mencakup berbagai informasi yang membantu guru untuk memahami murid, memantau proses belajar mengajar, dan membangun komunitas kelas yang efektif.

Di dalam kelas, kita dapat memandang penilaian dalam 3 perspektif:

1. Assessment for learning - Penilaian yang dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berfungsi sebagai penilaian formatif. Sering disebut sebagai penilaian yang berkelanjutan (on going assessment)

2. Assessment as learning - Penilaian sebagai proses belajar dan melibatkan murid-murid secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Penilaian ini juga dapat berfungsi sebagai penilaian formatif.

3. Assessment of learning - Penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Berfungsi sebagai penilaian sumatif

Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, penilaian formatif memegang peranan yang sangat penting. Penilaian formatif ini bersifat memonitor proses pembelajaran, dan dilakukan secara berkelanjutan serta konsisten, sehingga akan membantu guru untuk memantau pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan murid yang berkembang terkait dengan topik atau materi yang sedang dipelajari. 

Hasil dari penilaian ini akan menjadi sumber yang sangat berharga untuk mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid, sehingga guru akan dapat mengetahui bagaimana ia dapat melanjutkan proses pengajaran yang ia lakukan dan memaksimalkan peluang bagi tercapainya pertumbuhan dan kesuksesan murid dalam materi atau topik tersebut. 

Penilaian formatif ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi dan tidak hanya dapat dilakukan secara tertulis. Penilaian ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan setiap hari, misalnya lewat mengamati, menanya, merefleksi, berdiskusi (baik dengan teman sebaya maupun guru), dan sebagainya.

Beberapa contoh strategi penilaian formatif

1. Tiket Keluar, yang dapat dilakukan guru dengan memberikan pertanyaan kepada semua murid sebelum kelas berakhir dan meminta murid menulis jawaban mereka pada kartu atau selembar kertas dan menyerahkannya saat mereka keluar kelas.

2. Tiket Masuk, dapat dilakukan guru seperti tiket keluar tetapi sebelum pelajaran dimulai.

3. Berbagi 30 Detik, dengan memfasilitasi murid secara bergiliran untuk berbagi apa yang telah ia pelajari dalam pelajaran selama 30 detik.

4. Nama dalam toples, dilakukan guru dengan meminta murid menulis nama mereka di selembar potongan kertas & kemudian memasukkannya dalam toples, kemudian guru mengajukan sebuah pertanyaan tentang konsep kunci yang sedang dipelajari, dan mengambil secara random sebuah potongan kertas di toples, serta meminta beberapa anak yang namanya tertulis di potongan kertas tersebut menjawab pertanyaan secara bergantian.

5. 3-2-1, yang dilakukan di akhir pembelajaran dengan memberikan murid cara untuk merangkum atau bahkan mempertanyakan apa yang baru saja mereka pelajari berupa 3 hal yang tidak murid ketahui sebelumnya, 2 hal yang mengejutkan murid tentang topik tersebut, 1 hal yang ingin murid mulai lakukan dengan apa yang telah dipelajari.

6. Refleksi, dalam bentuk apa pun terkait pembelajaran atau pengajaran.

7. Pojok pemahaman, yaitu meminta murid pergi ke pojok-pojok kelas sesuai dengan pemahaman mereka.

8. Strategi 5 jari, dengan meminta murid mendeskripsikan pemahaman mereka terkait topik yang diajarkan dengan menggunakan 5 jari, misalnya 5 jika mereka sudah paham sekali, 1 jika mereka tidak paham sama sekali.

Strategi pembelajaran berdiferensiasi

Ada beberapa strategi pembelajaran berdiferensiasi, dibahas 3 strategi.

1. Diferensiasi konten

Konten adalah apa yang diajarkan kepada murid-murid. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadap kesiapan, minat, atau profil belajar murid yang berbeda, atau kombinasi. Informasi, ide harus disesuaikan dengan kondisi murid. 

Konten dapat disesuaikan dengan kesiapan belajar murid, apakah murid berada pada kondisi yang bersifat mendasar atau transformatif, konkret atau abstrak, sederhana atau kompleks, terstruktur atau terbuka, tergantung atau mandiri, lambat atau cepat. Konten juga dapat didasarkan pada minat belajar murid, hal-hal yang disukai murid. 

Diferensiasi konten berdasar profil belajar murid dapat disesuaikan sesuai gaya belajar murid, misalnya murid dengan gaya belajar visual dapat diberikan konten/materi dalam bentuk gambar, murid dengan gaya belajar auditori dapat diberikan konten/materi dalam bentuk audio.

2. Diferensiasi proses

Proses mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai apa informasi atau materi yang dipelajari.

Setelah memetakan kebutuhan murid, kita perlu berpikir:

  • Bagaimana kebutuhan tersebut bisa dipenuhi?
  • Proses seperti apa yang perlu disiapkan?
  • Murid bekerja mandiri atau kelompok?
  • Seberapa banyak jumlah bantuan yang diberikan kepada murid?
  • Siapa saja yang memerlukan bantuan?

Ada beberapa cara melakukan diferensiasi proses.

Kegiatan berjenjang. Murid bekerja dengan keterampilan yang sama tetapi dengan dukungan yang berbeda.

Pertanyaan pemandu atau tantangan di sudut-sudut minat.

Membuat agenda individual untuk murid.

Memvariasikan lama waktu untuk menyelesaikan tugas

Mengembangkan kegiatan bervariasi yang mengakomodasi beragam gaya belajar

Menggunakan pengelompokan yang fleksibel sesuai kemampuan dan minat

3. Diferensiasi produk

Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan murid. Produk sesuatu yang tangible (ada wujudnya). Produk mencerminkan pemahaman murid dan berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Penugasan produk harus membantu murid secara individu atau dalam kelompok.

Cara diferensiasi produk

  • Memberikan tantangan dan keragaman/variasi
  • Memberikan murid pilihan bagaimana mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan

Ekspektasi pada murid: kualitas pekerjaan, konten yang harus ada dalam produk, bagaimana harus dikerjakan, apa sifat dari produk akhir yang dihasilkan

7 Alasan Mengapa Pembelajaran Berdiferensiasi Dapat Berhasil

1. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah bersifat proaktif.

2. Pembelajaran Berdiferensiasi lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif.

3. Pembelajaran Berdiferensiasi berakar pada penilaian.

4. Pembelajaran Berdiferensiasi menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk.

5. Pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada murid.

6. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan perpaduan dari pembelajaran seluruh kelas, kelompok dan individual.

7. Pembelajaran berdiferensiasi bersifat "organik" dan dinamis.

Peran Kepemimpinan Sekolah dalam Keberhasilan Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi

Implementasi pembelajaran berdiferensiasi mungkin pada awalnya akan tidak mudah, karena diperlukan perubahan paradigma dalam melihat proses pembelajaran. Guru-guru perlu didukung dalam praktik penerapannya. Oleh karena itu, peran kepemimpinan sekolah menjadi sangat penting. 

Kepala sekolah dan para guru diharapkan dapat memiliki pandangan dan tindakan yang selaras dan memiliki visi yang sama terkait dengan implementasi pembelajaran berdiferensiasi ini. Beberapa hal berikut dapat dipertimbangkan untuk menyelaraskan visi dan mendukung implementasi pembelajaran berdiferensiasi di sekolah.

1. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kepala sekolah diharapkan tidak hanya dapat meningkatkan pemahamannya tentang konsep pembelajaran berdiferensiasi dan teori-teori yang mendasarinya, tetapi juga memimpin guru-guru di sekolahnya dalam sebuah proses belajar yang berkelanjutan dengan terus merefleksikan praktik-praktik pembelajaran yang terjadi di sekolah serta mengambil pelajaran dari pengalaman tersebut.

2. Kepala sekolah dapat terus meningkatkan kapasitas guru-gurunya dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dalam rangka menguatkan pengetahuan dan keterampilan mereka, dengan mendukung dan mendorong guru untuk belajar, memberikan akses ke peluang pengembangan profesional, serta menyediakan berbagai akses ke sumber-sumber belajar bagi guru.

3. Kepala sekolah dapat membangun sistem yang membantu guru-guru untuk dapat menerapkan prinsip dan praktik yang mereka pelajari, misalnya dengan mengatur jadwal yang memungkinkan adanya dukungan bagi pelaksanaan perencanaan kolaboratif, meninjau ulang proses dan mekanisme pelaksanaan proses penilaian kinerja dan supervisi pembelajaran, agar selaras dengan nilai-nilai dan praktik-praktik pembelajaran berdiferensiasi yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun