Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengadaan Sarpras di Masa Awal Perpindahan

7 Juli 2022   12:21 Diperbarui: 7 Juli 2022   12:25 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi 

Kehadiran dua satir tersebut tidak semata-mata bermanfaat sebagai media pemisah dalam menjalankan ritual keagamaan melainkan juga mendukung efektivitas kegiatan pembelajaran TPQLB. Sebelum kabupaten Tulungagung dinyatakan terjangkit Covid-19 dan pembelajaran di satuan lembaga pendidikan diliburkan kami sempat menggunakan satir itu sebagai pemisah untuk membedakan antara santri perempuan dan laki-laki. Antara santri kecil, remaja dan dewasa. Kurang lebih selama satu tahun kami melangsungkan pembelajaran mengaji dengan memanfaatkan satir sebagai pemisah kelas dan jenjang usia santri.

Akan tetapi, kelangsungan penempatan pembelajaran yang berbasis kelas dan jenjang usia tersebut menjadi ambyar seketika tatkala ada surat edaran dari pemerintah daerah yang menginstruksikan satuan lembaga pendidikan harus diliburkan secara total. Sebagai gantinya para santri harus belajar via online. Hampir genap dua tahun kami tidak menghelat kegiatan pembelajaran mengaji di musala Baitussalam. Semenjak pemerintah mewajibkan vaksinasi untuk seluruh masyarakat Indonesia dan mengaskan tingkat keamanan dari Covid-19 melalui konferensi pers, barulah kegiatan pembelajaran di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung dibuka kembali.

Tepat di bulan April, kegiatan pembelajaran di TPQLB dimulai kembali. Pembukaan itu pun membuat kami (dewan asatidz) harus memulai penataan format pembelajaran dari awal. Hal ini disebabkan karena banyaknya santri lama yang memutuskan diri untuk vakum. Kendati masih ada lima sampai sepuluh orang santri lama yang konsistensi dengan kehadirannya di TPQLB setiap minggunya. Belum lagi ditambah dengan kealfaan asatidz dan banyaknya santri baru yang silih berganti berdatangan. Kendala yang demikian itulah yang menyebabkan kami harus kembali merintis penataan format pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan kategori santri yang ada.

Di beberapa pertemuan awal tahun 2022, kami sempat menjadikan satir itu sebagai pembatas ruang khusus pembelajaran santri yang hiperaktif dan down sindrom. Ruang khusus dadakan ini sangat diperlukan mengingat kondisi santri yang hiperaktif dan down sindrom memiliki tingkat sensitivitas terhadap lingkungan berbeda dari santri yang tuna rungu, tuna wicara dan tuna daksa serta tuna netra. Santri hiperaktif akan susah berkonsentrasi jika dihadapkan dengan banyak orang. Atas dasar demikian, mengajari santri hiperaktif harus lebih telaten dan sabar. Sebagai upaya memudahkan komunikasi dan menarik antusias mereka untuk mau mengaji terkadang kami menggunakan mainan sebagai media pembelajaran. Begitu halnya yang kami lakukan tatkala mengajari santri penyandang down sindrom.

Ketiga, tersedianya white board. Pengadaan white board di musala Baitussalam sebenarnya bersamaan dengan tersedianya satir. White board tersebut berjumlah dua buah. Satu ditaruh di tengah-tengah dinding sisi bagian utara, sedang satunya lagi ditaruh di tengah-tengah dinding sisi bagian selatan. Kedua white board tersebut memiliki ukuran panjang dan lebar yang sama. Kurang lebih kedua white board tersebut memiliki kisaran panjang 1 meter dan lebar 1 meter. Masing-masing pinggir white board tersebut dilapisi dengan aluminium yang detail dan rapi.

Semenjak white board tersebut ada, kami seringkali menuliskan materi pembelajaran di sana. Mulai dari menuliskan kaligrafi Asmaul Husna, menuliskan mufrodat bahasa Arab sampai dengan fiqih ibadah. Tak hanya itu, tatkala di antara asatidz dan santri hendak membangun komunikasi yang intens tak jarang kami juga menuliskan persoalan apa yang kami maksud. Dengan demikian, maka kehadiran white board selama proses pembelajaran mengaji juga berperan sebagai media komunikatif.

Selain itu kami juga seringkali menggunakan white board di saat-saat yang genting. Misalnya saja tatkala hendak menyampaikan pengumuman terkait perhelatan kegiatan tertentu. Atau dalam rangka menyampaikan suatu pesan tertentu yang harus dikerjakan oleh masing-masing santri. Menyampaikan pesan melalui tulisan yang tercantum di white board dapat dikatakan jauh lebih efektif daripada kami harus memahamkan satu persatu santri dalam kurun waktu yang bersamaan.

Di kesempatan tertentu terkadang ada santri yang ngebet banget ingin ikut-ikutan menulis di white board. Ia mengambil spidol dengan cepat (tekadang merebut spidol di tangan asatidz) dan menggambar sesuatu hal yang disukai atau yang diinginkan. Beberapa kasus yang terjadi, hal itu dilakukan oleh santri baru yang memang memiliki tingkat penasaran yang tinggi. Adapun gambar yang ia tulis di white board adalah gambar mobil yang setiap garisnya tidak simetris dan tampak absurd.

Ohya, di awal-awal tersedianya white board tersebut kami juga berusaha melengkapi alat tulis yang dibutuhkan. Mulai dari spidol isi ulang, penghapus dan tinta. Di samping itu, kami juga berinisiatif membelikan satu wadah pensil ukuran 2B guna dibagikan secara cuma-cuma kepada para santri yang memang tidak memiliki pensil tatkala hendak menulis materi yang kami ajarkan di TPQLB.

Sebenarnya di TPQLB masih ada satu lagi white board yang berukuran kecil. Ukuran panjangnya kisaran 80 sentimeter dan lebarnya 50 sentimeter. White board itu ditempelkan pada bagian dinding sebelah utara pelataran musala Baitussalam. White board tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan memberikan pengumuman terkait agenda kegiatan yang diprogramkan TPQLB. Selain itu, white board mini tersebut juga kerapkali dijadikan sebagai tempat representatif untuk menginformasikan jadwal salat, agenda pengajian umum dan pengumuman lainnya yang dibuat oleh pihak pengelola musala Baitussalam.

Keempat, pengadaan lemari berkas administrasi lembaga. Tidak jauh berbeda dengan pengadaan sarana sebelumnya, lemari berkas administrasi lembaga juga tersedia setelah terjadi obrolan tipis-tipis antara Mas Zakaria dengan ketua yayasan. Setahu saya, lemari tersebut dibeli menggunakan uang pribadi ketua yayasan. Lagi-lagi beliau menunjukkan apresiasi dan kepedulian yang tinggi terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pembelajaran di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung. Di lain waktu, terkadang beliau juga kerapkali mengenaskan bahwa jikalau ada persoalan yang sukar dipecahkan, membutuhkan bimbingan dan kebutuhan terkait TPQLB diinstruksikan untuk langsung menghadap kepada beliau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun