Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Prof. Ngainun Naim: Sosok Teladan yang Murah Ilmu

22 Maret 2022   14:31 Diperbarui: 22 Maret 2022   14:43 1814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum lagi ditambah dengan aktivitas di luar jam perkuliahan, seperti menjadi narasumber seminar, pelatihan, lokakarya kepenulisan, bedah buku dan lainnya. Tentu kepadatan agenda beliau dalam berbagai kegiatan akademik ataupun sosial-keagamaan itu turut mendefinisikan sekaligus menjadi bukti dari kiprah, kedalaman kapabelitas dan kecapakan intelektual beliau. 

Terlebih kedalaman kapabelitas dan kecakapan intelektual itu selalu beliau sodorkan dengan kemasan yang cruncy dan menarik dalam menyampaikan materi. Sehingga penyampaian materi perkuliahan itu tampak mudah untuk dicerna dan dipahami. Sesekali beliau mengkorelasikan pengalaman pribadi yang unik dan humoris, sembari menyisipkan pandangan tokoh lain yang berhubungan banyak dengan materi. 

Sudah barang tentu penyederhanaan materi yang rumit ke dalam bentuk yang sederhana: cruncy, menarik dan menganalogikannya pada pengalaman pribadi adalah salah satu upaya yang tidak mudah dan sedikit memutar logika. Akan tetapi upaya penyederhanaan dan mengemas materi menjadi lebih mudah dipahami dan menarik itu merupakan tugas seorang pengajar. Dan saya rasa, Prof. Naim berhasil melakukan itu.

Konsistensi dalam Berkarya

Hebatnya lagi, di samping kesibukannya dalam mengajar dan menjadi pengisi di berbagai perhelatan acara, beliau juga aktif dalam berkarya. Sebagai bukti konkretnya kita bisa searching seberapa banyak jumlah karya beliau di google scholar dengan kata kunci Ngainun Naim. Dua tahun terakhir saja, karya beliau tidak kurang dari 40 buah. Tentu itu adalah jumlah yang fantastis. Sebab tidak semua dosen mampu menghasilkan karya menyentuh angka itu. Jikapun ada, jumlah itu tidak lain adalah akumulasi dari karyanya selama berkiprah di kampus.

Lantas apa saja bentuk karya Prof. Naim di tahun terakhir? Bentuk karyanya terdiri dari jurnal: nasional dan internasional, buku antologi dan buku solo. Akan tetapi dari tiga kategori tersebut, karya yang tertengger di akun google scholar itu lebih didominasi oleh jurnal penelitian dan buku solo. Tentu, jumlah itu tidak termasuk dengan karya yang terindeks Scopus. 

Belum lagi ditambah dengan keaktifan beliau dalam mengisi kolom opini di koran lokal-nasional dan konten blog. Baik itu blog pribadi ataupun keroyokan. Sejauh yang saya ketahui dan saya amati, beliau memiliki dua blog pribadi, yakni www.ngainun-naim.blogspot.com dan www.spirit-literasi.id. Kedua alamat blog itu senantiasa beliau isi secara rutin. Bahkan konten blog itu kerapkali menjadi jamuan sarapan pagi saya dan para penghuni grup Sahabat Pena Kita cabang Tulungagung dan grup lainnya. 

Melalui tulisan yang diunggah di blog, secara konsisten beliau memberikan informasi, menyampaikan catatan perjalanan, menyodorkan pokok-pokok gagasan hasil pembacaan, cerita menarik dan lain sebagainya. Terkadang di dalam catatan refleksi yang dimuat di blog itu, beliau mempromosikan, mereview dan mengomentari karya-karya anak ideologis beliau yang berhasil melahirkan karya solo. 

Keberhasilan dalam berkarya yang dituai anak ideologis tersebut tentu tidak lepas dari pemikiran Prof. Naim yang tertuang dalam buku solo yang bergenre literasi. Di antaranya, yakni The Power of Reading Menggali Kekuatan Membaca untuk Melejitkan Potensi Diri, The Power of Writing Mengasah Keterampilan Menulis untuk  Kemajuan Hidup, Proses Kreatif Penulisan Akademik Penduan untuk Mahasiswa (Akademia Pustaka, 2019), Teraju: Strategi Membaca Buku dan Mengikat Makna (IAIN Tulungagung Press, 2017) dan lainnya. 

Sekilas gambaran di atas setidaknya menegaskan jam terbang dan sepak terjang konsistensi beliau dalam berkarya. Beliau secara masif sedang mengajarkan sekaligus mengajak setiap khalayak yang sempat membaca karyanya untuk menjadi seorang penggiat literasi handal. Seorang penggiat literasi handal tentu harus memiliki karakter sebagai pembelajar sejati yang pantang arah. Gemar belajar dan terus berlatih. Seakan-akan beliau sedang menandaskan pesan, bahwa kecakapan berliterasi itu harus ditopang banyak oleh keseimbangan antara praktek dan kedisiplinan wawasan. Kedalaman tulisan banyak dipengaruhi oleh kedalaman wawasan pengetahuan. 

Geliat Literasi yang Membara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun