Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lebih Dekat Memahami Santri

19 Desember 2021   17:57 Diperbarui: 19 Desember 2021   18:56 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, satu kebiasaan yang terjadi pada santri baru adalah mereka kerap didampingi oleh ibunya. Seakan-akan ibu adalah benteng terbaik pertahanannya. Meski terkadang justru ibunya juga kerapkali bersabar membujuk hingga urat lehernya timbul.

Hal yang demikian itu wajar adanya. Analoginya seperti kita bertamu ke rumah orang lain atau berkunjung ke tempat asing, maka yang harus ada adalah proses pengenalan, identifikasi dan bentuk penerimaan. 

Begitu juga yang terjadi pada diri santri baru di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia, mereka membutuhkan proses pengenalan, identifikasi dan bentuk penerimaan. Lantas tidak heran jika di awal jumpa mereka merasa takut, enggan dan banyak menolak.

Menyadari hal itu, asatidz tidak habis akal. Biasanya mereka juga turun gelanggang membujuk santri dengan menawarkan opsi dengan asatidz mana santri ingin mengaji. Jika tidak berhasil, maka senjata pamungkas pun dikeluarkan. Dalam kondisi krusial inilah peranan penting media pembelajaran seperti puzzle huruf Hijaiyah, puzzle urutan salat, berwudu dan lainnya menjadi andalan. 

Proses adaptasi ini umumnya melanda santri kurang lebih dalam kurun waktu satu sampai tiga bulan. Selama proses adaptasi ini pula komunikasi yang intens antara orangtua dan asatidz harus dibangun dengan baik. Utamanya, berusaha mengingatkan orangtua untuk terus bersabar dan berikhlas hati untuk mengantarkan putra-putrinya mengaji. Sebab, selama proses adaptasi ini pula banyak orangtua yang kewalahan dan menyerah dalam perjuangannya. 

Kedua, tahapan berbaur. Setelah santri baru bisa mengenal, mengindentifikasi dan menerima lingkungan baru belajarnya mereka akan sampai pada tahap membaur dengan yang lain. Bergaul baik dengan teman-teman barunya serta tidak takut lagi dengan asatidz. Bahkan pada tahapan ini mereka tidak lagi membutuhkan pendampingan dari orangtua saat mengaji.

Jika pada tahapan adaptasi ia akan banyak memilih asatadiz yang mengajarinya, maka pada tahapan ini ia telah berkompromi pada siapa pun; dengan asatidz siapa saja ia siap mengaji.

Tatkala berbaur dengan yang lain mereka juga mulai berbagi cerita tentang dirinya, keluarga dan kesukaannya. Mampu mengikuti instruksi asatidz dan mengerjakan tugasnya. Bahkan tidak segan, mereka akan menunjukkan apa yang ia kerjakan, gambar dan suka pada asatidz. Untuk sesekali bahkan mereka suka berguyon dan usil.

Sementara pada tahapan mandiri, santri sudah porsi waktu: benar-benar tahu kapan waktunya mengaji, menulis dan mengobrol di sela-sela waktu mengaji dengan temannya. Sesekali mereka mengingatkan kekeliruan yang dilakukan santri yang lain. Terkadang mereka juga menjadi jembatan penghubung komunikasi antara asatidz dengan santri yang lain. 

Tidak jarang mereka juga telah mempersiapkan lembaran jilid mana yang akan dibaca dan ditulis. Sembari menunggu bagian sorogan mengaji, terkadang mereka manfaatkan untuk menulis terlebih dahulu. 

Di lain waktu, kemandirian itu juga mereka tunjukkan dengan mengusung dan menata meja-meja yang digunakan untuk dan setelah mengaji. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun