Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lebih Dekat Memahami Santri

19 Desember 2021   17:57 Diperbarui: 19 Desember 2021   18:56 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang tampak jelas, selama itu antara santri dan asatidz benar-benar sedang berada pada posisi yang sama: berupaya keras untuk beradaptasi dengan lingkungan yang ada. Alhasil, kegiatan pembelajaran pun hanya diisi dengan mengaji (membaca jilid) dan menulis. Selebihnya berdoa dan pulang. 

Pemandangan lain tampak setelah kami beralih tempat ke musala Baitussalam Serut. Semenjak perpindahan tempat pembelajaran ini kuantitas, karakter dan siklus pembelajaran santri kian terdeskripsikan jelas. Perbedaan antara santri lawas dan baru; kecil, sedang dan besar antusias yang dimiliki santri dengan sendirinya kian kentara ke muka. 

Bertambahnya kuantitas santri yang awalnya hanya tuna rungu, tuna wicara dan tuna netra kini menjadi lebih bervariatif: tuna rungu, tuna wicara, tuna netra, tuna daksa, down sindrom, hiperaktif, dan keterlambatan menjadi poin pertama yang menyambut hangat perpindahan tempat pembelajaran. 

Kuantitas santri itu pun tidak berbatas usia. Hampir semua usia ada. Mulai dari usia PAUD, TK, SD, SLTP, SLTA, siap kerja bahkan sampai ada juga santri yang memang sudah bekerja. 

Meskipun kemudian harus ada catatan pula: santri yang usianya masuk SLTA, siap kerja dan sudah bekerja terkadang absensi masuknya kebanyakan alpa. Itu belum dihitung dengan santri yang memiliki jarak tempuh yang jauh antara letak kediaman dan TPQLB Spirit Dakwah Indonesia. Serta perubahan musim yang terkadang banyak mencekal niatan baik orangtua mengantarkan putra-putrinya untuk mengaji.

Sampai sekarang, kuantitas santri yang terdata dan terdokumentasikan arsipnya kurang lebih 70 orang. Dokumentasi arsip di sini maksudnya sesuai Kartu Keluarga (KK) dan Akte Kelahiran santri yang ada. 

Harus menjadi catatan tersendiri, bahwa kami (red: dewan asatidz) memang memiliki peraturan bagi setiap anak yang hendak mengaji di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia harus menyerahkan berkas KK dan akte kelahiran anak. 

Hal yang demikian itu diberlakukan untuk kepentingan pengarsipan lembaga. Termasuk pemberkasan yang menopang kesuksesan dan tingkat akurasi legalitas lembaga pendidikan keagamaan. Absensi santri dan akreditasi lembaga misalnya. 

Di samping itu pengarsipan berkas pula dapat menjadi acuan kami untuk validitas data santri: nama, usia, jenis kelamin dan silsilah keluarga. 

Tak terkecuali bermanfaat untuk mengkategorikan santri masuk kategori penghuni kelas baru atau lama. Meski sejatinya di TPQLB juga belum ada tingkatan kelas yang tertata. Yang jelas pernah ada adalah pembedaan sekat ruang berdasarkan usia. Akan tetapi hal itu kembali ambyar setelah pandemi Covid-19 merajalela. Dan kini masih dalam proses adaptasi dan penataan itu semua.

Penambahan dan penerimaan santri baru yang terjadi di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia sendiri tidak mengenal waktu. Hampir di setiap tahun selalu saja ada santri baru meskipun itu cuma satu ataupun dua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun