Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menyemai Marwah Kemerdekaan

28 Agustus 2021   02:25 Diperbarui: 28 Agustus 2021   02:41 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Dokumentasi Pribadi

Kesadaran atas hal ini dalam bahasa Ania Loomba disebut dengan "mind idea". Yang menyatakan bahwa segenap perjuangan antikolonialisme harus mengejawantahkan identitas baru dalam kondisi yang lebih kuat dan baik, bukan saja secara politis atau intelektual, melainkan juga pada tingkatan emosional, (Ania Loomba, 2003: 240).

Dari sana setidaknya kita paham, bahwa mind mapping yang ada dalam diri masing-masing kita (sebagai warga negara Indonesia) sebenarnya telah disetting untuk menyadari arti daripada kemerdekaan. Baik itu selama kita bertahun-tahun mengenyam pendidikan, melalui pembelajaran nilai-nilai moralitas yang ditampilkan dalam sejarah (baik oral maupun literatur) hingga pelestarian tradisi peringatan hari kemerdekaan.

Sementara yang terakhir, yakni arti kemerdekaan pada tataran aksiologis. Pada level ini, kita tidak sebatas menjadikan marwah kemerdekaan sebagai gairah, falsafah hidup dan cara pandang serta paradigma berpikir, melainkan sudah menginternalisasikan nilai-nilai luhur  kewarganegaraan (red: Pancasila, UUD 1945 dan bhinneka tunggal Ika) itu sebagai bentuk cara berpikir, berkata dan bersikap. Pendek kata, kemerdekaan telah menjadi role model dalam menyelesaikan setiap rutinitas sehari-hari kehidupan kita.

Misalnya saja, kita ambil contoh implementasi role model kemerdekaan dalam konteks menghadapi tantangan pandemi Covid-19 yang tak kunjung sirna.

Sebagai warga negara Indonesia yang baik, manusia Pancasila dan bersahaja, tentu kita harus tetap mengutamakan kepentingan dan keselamatan bersama tanpa terkecuali. Upaya itu dilakukan dengan cara menaati peraturan pemerintah: menjalankan prokes, sosial distancing, isolasi mandiri, work from home, vaksinasi dan menerapkan pola hidup sehat.

Selain mengondisikan kesehatan fisik, tentu dalam kondisi yang gupuh dan serba cemas ini kita juga harus mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila yang pertama--Ketuhanan yang Maha Esa--memupuk kesehatan rohani.  Artinya, pengondisian keselamatan diri itu harus dilakukan secara seimbang, baik secara fisik dan spiritualitas.

Terlebih jika kita mengingat, di awal-awal merebaknya kasus dan pemberitaan penularan virus, satuan tugas Covid-19 menyatakan pemberlakuan 3 M (mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak). Pemberlakuan aturan itu berlangsung karena tim satgas mendiagnosa penularan virus melalui persentuhan dan sirkulasi udara.

Uniknya, belakangan fakta baru tampil ke muka, bahwa orang yang secara intens menjaga prokes dan kesehatan fisik pun masih bisa terjangkit. Ambil saja contoh kasus Om Deddy Corbuzier yang kerap nge-gym, suntik vitamin C dan D serta rutin swab antigen, pada akhirnya terpapar juga. Dr. Gunawan selaku dokter yang menanganinya dalam podcast Deddy Corbuzier pernah menyebutkan penularan virus Covid-19 sendiri oleh ilmuwan masih diperdebatkan.

Lantas tidak heran, jika banyak sekali podcast pesan WhatsApp agamais berseliweran, yang menghubung-hubungkan antara merebaknya kasus penularan virus dengan salah kaprahnya menjaga kebersihan diri dengan berwudhu, menggunakan niqob sampai dengan menyebut wabah ini sebagai kutukan dari Tuhan.

Tentu bukan konteks itu yang dimaksud keseimbangan spiritual di sini, melainkan lebih kepada pelaksanaan ritual ibadah yang bersifat intensif dan istikamah. Serta memperbanyak sedekah dengan membantu kebutuhan hidup korban yang terjangkit, atau pun mereka yang sedang melakukan isolasi mandiri.

Sedekah di masa pandemi memang sangat dibutuhkan. Tidak harus mengerdilkan makna sedekah melulu menggunakan harta kalau memang kita termasuk golongan mustadafin, paling minimal kita mewujudkannya dengan memberikan perhatian, kasih sayang dan cinta. Tunjukkan kalau memang kemerdekaan telah menjadi lentera jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun