Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena-Nya kita mampu berpuasa purna tiga puluh hari pada Ramadan kedua dalam cengkeraman Corona ini.Â
Dalam cengkeraman Corona itu pula kita terus berusaha beradaptasi, fokus dan berlapang hati dalam menunaikan rukun Islam yang keempat, yakni puasa, meskipun ruang gerak hidup kita tersekat peraturan yang keberadaannya memang dikehendaki.Â
Maslahah wal Mursalah yang bersifat amm itu memang harus dijunjung tinggi demi kemaslahatan bersama, umat manusia. Sebagai contoh konkrit daripada implementasi Maslahah wal Mursalah dalam konteks terupdate, ialah dengan ditetapkannya beberapa kebijakan pemerintah terkait tradisi lebaran Idulfitri.
Adapun beberapa kebijakan pemerintah terkait tradisi lebaran Idulfitri tersebut, di antaranya ialah dimulai dari dilarangnya mudik lebaran, pawai on the road malam takbiran ditiadakan dan menghelat salat Idulfitri sesuai protokol kesehatan serta mengganti kegiatan anjangsana (silaturrahim) ke sanak famili, saudara dan tetangga via virtual.
Jika boleh jujur, di satu pihak (khususnya dalam sudut pandang seorang perantau), pemberlakuan aturan ini memang akan membuat isian dada sebagian orang terasa sesak secara mendadak sekaligus bersendu sedan sebab tradisi berkumpul dan euforia kemenangan di hari yang Fitri tidak lagi dilakukan bersama dengan orang-orang tercinta. Padahal, detik-detik kebersamaan yang dibangun dalam tradisi mudik lebaran itu sudah mengerak dan menjadi tradisi yang diniscayakan.
Sementara di pihak lain, sebagai orang yang mengerti hukum dan berstatus sebagai warganegara Indonesia tentu kita mafhum bahwa taat kepada Ulil Amri adalah satu keharusan, selama itu dalam koridor yang baik dan benar.Â
Pendek kata, pihak kedua ini memiliki pandangan bahwa mengendorkan dan menahan hasrat yang bersifat personal demi keselamatan sekaligus kemaslahatan bersama tidak menjadi soal yang harus diperdebatkan berlarut-larut dan berkepanjangan. Intinya, mematuhi kebijakan pemerintah terkait tradisi lebaran Idulfitri itu dapat dibenarkan dan diterima seoenuh hati.Â
Lantas tidak usahlah kita nekat menerobos barikade dan pos-pos penjagaan polisi di jalur-jalur jalan yang memang sudah jauh-jauh hari diperingatkan. Toh, itu diberlakukan bukan untuk memberanguskan, melainkan mengutamakan keselamatan. Satu upaya yang diterpakan untuk mengendalikan Keberlangsungan hidup yang diharapkan.
Salah satu hal penting yang harus diperhatikan menyangkut poin ketiga yakni menghelat salat Idulfitri sesuai protokol kesehatan dari empat kebijakan pemerintah terkait tradisi lebaran Idulfitri itu ialah adab saat hari raya Idulfitri.
Lantas apa saja adab yang berlaku pada hari raya Idulfitri? Sudah tahukan Anda semua? Jika belum, mari kita simak bersama penjelasannya di bawah ini.
Terdapat delapan adab yang harus kita tunaikan selama hari raya Idulfitri berlangsung. Adab di sini dalam artian keaunnahan. Adapun kesembilan adab tersebut, yakni salat Idulfitri, mandi, menghidupkan malam kemenangan dengan memperbanyak ibadah, memperbanyak membaca takbir, makan terlebih dahulu sebelum berangkat salat Idulfitri, jalan kaki, menempuh dua rute yang berbeda tatkala pergi dan pulang, berhias dan memberi ucapan selamat (tahniah).