Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memahami Hibriditas Pergerakan Nasionalisme Boedi Oetomo di Hari Dua Puluh Puasa Ramadan

2 Mei 2021   23:37 Diperbarui: 3 Mei 2021   00:02 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mungkin anda sempat bertanya-tanya. Lantas di mana letak Hibriditas Pergerakan Nasionalisme Boedi Oetomo? Jika saya meminjam pemaknaan istilah hibriditas ala Ania Loomba dalam bukunya yang berjudul Colonialism/Postcolonialism, maka persilangan antara dua pihak yang unggulan adalah jawabannya. 

Persilangan dua pihak yang unggul dalam pergerakan Nasionalisme Boedi Oetomo dapat dilihat beberapa hal, di antara; pertama, Boedi Oetomo sebagai satu organisasi yang menampung orang-orang unggulan dari berbagai latarbelakang. Mulai dari anggota yang berstatus sebagai mahasiswa di STOVIA dan sekolah cabangnya yang lain, priyayi hingga partisipan-simpatisan penjabat-penjabat penting dalam kubu kolonial Belanda.

Kedua, para pendiri Boedi Oetomo yang notabene merupakan mahasiswa pribumi yang berprestasi namun mendapatkan kesempatan bersekolah di STOVIA secara gratis. Terlebih di sana ada banyak pelajar yang berasal dari daerah modern. Hal itu adalah persemaian yang saling menguntungkan di antara dua belah pihak. Mutualisme simbiosis. Meskipun pada akhirnya, setiap alumni sekolah pendidikan Belanda itu hidup dalam bayangan korban politik etis yang terus diperas.

Ketiga, tergabungnya berbagai mahasiswa berprestasi sebagai anggota Boedi Oetomo telah menjadi ruang diskusi dalam rangka pertukaran wawasan pengetahuan, pandangan dan pemikiran tentang sebuah arti daripada makna pendidikan mampu menjadi jembatan kebebasan, kesetaraan dan keadilan. Pendek kata, secara tidak langsung, Boedi Oetomo ini turut membentuk kepribadian jiwa-jiwa patriot dan nasionalis dalam setiap masing-masing anggotanya menularkan akan pentingnya semangat kesalehan sosial dan kesatuan. 

Sementara yang terakhir, terbentuk pergerakan Boedi Oetomo sendiri tidak hadir dalam ruang yang kosong, melainkan ada bentuk persilangan ideologi yang melatarbelakanginya. Kemenangan Jepang atas Rusia pada 1905 adalah salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi bangkitnya pergerakan nasionalisme di Indonesia.

Terakhir, saya ucapkan; selamat memperingati hari pendidikan Nasional. Semoga jaya terus pendidikan Indonesia.

Tulungagung, 02 Mei 2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun