Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Menjadi Bagian KMOI di Permulaan Ramadan

17 April 2021   23:59 Diperbarui: 18 April 2021   13:14 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

"Bermimpilah setinggi mungkin, asalkan jangan sekadar digantung dalam angan. Tugasmu hanya mengupayakan, sisanya kehendak Tuhan", Dewar Alhafiz.

Menjadi seorang penulis adalah mimpi yang masih saya idam-idamkan. Mimpi lama yang sempat terombang-ambing itu telah terinjeksi kembali pada Jum'at, 16 April 2021. Lebih tepatnya, hari keempat puasa di bulan suci Ramadan. 

Semoga ini adalah gerbang yang membawa saya masuk ke dalam jurang kebaikan. Satu upaya disiplin yang mendorong saya untuk terus produktif dalam menorehkan karya di bulan yang penuh kemuliaan ini.

Injeksi itu tentu tidaklah instan, melainkan berkat suntikan materi dan motivasi dari Coach Tendi Murti yang luar biasa. Kang Tendi Murti dikenal sebagai penulis, bahkan semua buah pena beliau dikategorikan best seller. 

Alasan itu pula yang menjadikan beliau saya pikir pantas untuk dikatakan sebagai penulis sekaliber dengan Mbak Asma Nadia, Mas Isa Alamsyah, Mas Dewa Prayoga, Boy Chandra dan penulis top lainnya.  

Selain berprofesi sebagai bisnis men, lelaki kelahiran Cirebon itu adalah Founding Father dari Komunitas Menulis Online Indonesia (KMOI) yang telah berdiri kurang lebih enam tahun lamanya. Satu organisasi menulis yang tumbuh kembang seiring berjalannya waktu sehingga mendapat apresiasi yang luar biasa dari khalayak ramai. Hal itu dibuktikan kuat dengan jumlah follower yang sudah mencapai angka puluh ribu. 

Puluhan ribu follower itu pun hampir ada di setiap pelosok wilayah Indonesia. Uniknya, hampir-hampir semua follower-nya tersebut memiliki latar belakang yang berbeda. Entah itu dari segi usia, profesi, pendidikan, kecenderungan genre menulis sampai dengan intensitas keaktifannya.

Sebagai sesama warga Jawa Barat, tak apa kalinya? Mulai sekarang saya jadikan beliau sebagai salah satu roll model dalam hal tulis-menulis. Setidaknya, dari beliau saya bisa banyak tahu ilmu tentang menulis dan menerbitkan buah pena yang bisa menyentuh level best seller. Meskipun nantinya saya harus berjungkal balik berulang-ulang kali. Namun, sungguh tak apa. 

Yang pasti, saya berharap; semoga semangat dan kegetolannya dalam menapaki jalan terjal untuk berkarya terhibahkan nyata pada diri saya. Semoga saja demikian, dan rapalan do'a ini dikabulkan Tuhan dengan Sami'-Nya yang tak terhingga. Amin ya rabbal 'alamin.

Ohya, ini adalah kali pertama saya mengikuti pelatihan menulis via telegram. Hal yang sama sekali baru bagi saya. Padahal yang selama ini saya tahu dan belajar dari pengalaman sebelumnya, umumnya pelatihan menulis itu dilakukan live streaming via YouTube, Zoom dan Google Meet saja. Lah, kok ini via telegram. Sangatlah aneh bukan? Makanya saya sangat penasaran seperti apa konsep pelatihan yang hendak disuguhkan.

Begitulah gerangan rasa penasaran itu membuncah di dalam kepala. Kalau dibolehkan, saya ingin menyebut pelatihan menulis ini dengan istilah nyeleneh. Nyeleneh di sini, maksudnya dapat diartikan keluar dari keumuman yang ada. Bukan bertujuan suudzon atau apa, yang jelas kata nyeleneh ini yang menurut saya pas untuk merepresentasikan perhelatan acara yang tidak biasa.

Mungkin, ini bisa dibilang satu hal nyeleneh lain daripada ke-nyelenehan yang dibuat Mas Isa Alamsyah (suaminya mbak Asma Nadia) tatkala menyampaikan materi kepenulisan di kolam renang dengan telanjang setengah dada. Terkait seperti apa materi yang disampaikan oleh Mas Isya Alamsyah, sudah saya paparkan dalam satu artikel dengan judul; Antara Kolam Renang, Isa Alamsyah dan 4 Level Malu dalam Menulis. 

Justru karena ke-nyelenehan itu pula materi yang disampaikannya menjadi lebih renyah dan mengena bagi para pendengarnya. Enak didengar mudah dicerna, dan ngeh di hati serta merasuk pemahaman di dalam kepala.

Terlebih lagi, cara penyampaian materi dari Kang Tendi berbentuk telling stroy bercampur motivasi yang disempurnakan dengan interaktif diskusi. Konsep itu awalnya dibuka dengan video perkenalkan profile dari Kang Tendi dan pengelola Komunitas Menulis Online (KMO) Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan segerombolan chat bak standing speech di podium, di mana ruang dan waktu hanyalah milik pemateri, sementara peserta pelatihan diwajibkan menyimak dengan membaca cepat saja. 

Sesekali beliau mengumbar tanya dan tawa yang lumayan sedikit garing tapi lama-kelamaan lumer juga. Lumayanlah, banyak memancing gelak tawa tumpah ruah ke muka. Tak lupa pula deretan alasan kenapa kita harus menulis disodorkannya. Disebutkan, tokoh-tokoh yang sukses di jagat raya pun mereka gila akan membaca, bahkan sampai ada yang meluangkan waktu 10 jam dalam sehari khusus untuk membaca. 

Tidak hanya itu, kegemaran atas membaca dan menggeluti dunia literasi itu pun menjadi satu persoalan yang benar-benar serius dan dibutuhkan, karena mencecap hidup tanpa wawasan pengetahuan yang memadai jatuhnya justru kita selalu diposisikan sebagai korban atas ketidaktahuan. Korban ketidaktahuan yang akan mudah hilang dalam hening kuburan zaman. Lantas tidak heran jika ada orang yang membuat ruang rahasia khusus hanya untuk menaruh jendela peradaban, perpustakaan. 

Dalam pungkasan materi, pemateri pun membuka ruang perdiskusian, di mana setiap orang punya hak suara untuk bertanya yang leluasa melalui fitur mini podcast yang ada pada telegram. Ajib! Pokoknya keren deh. Dan saking kudetnya saya, saya baru tahu kala itu kalau dalam telegram juga memiliki fitur live podcast layaknya dalam aplikasi Google Meet. Shit men. 

Konsep penyampaian materi yang demikian, memberikan gambaran seakan-akan tidak ada sekat di antara Coach Tendi dengan para peserta yang masih awam tentang kepenulisan seperti saya ini. Terlebih di penghujung acara, ada ruang khusus untuk menjalin interaksi tanpa segan. Yang terpenting, saya sekarang menjadi lebih tahu, kalau perhelatan pelatihan melalui kanal telegram lebih mengasyikkan. 

Selain memiliki kewajiban mengaplikasikan materi yang telah disampaikan, masing-masing peserta juga harus memopa geliat menulis itu untuk terus terjaga setiap waktu dalam selang setiap pertemuan. Tak lupa pula, sebagai penutup dari sesi pertmuan pertama beliau pun memberikan bingkisan tugas yang harus terselesaikan tepat waktu.

Tugas pertama yang harus dikerjakan, yakni membuat ikrar, menuliskan kesan-kesan di Instagram dan mengajak lima teman untuk bergabung di batch selanjutnya. "Barangkali saja melalui perantara ajakan kalian, nantinya akan melahirkan penulis beken lain pada masa", begitu tukasnya. 

Ah, akhinya tak ada keraguan sedikitpun tatkala saya menuliskan rangkain kata dalam ikrar ini. Setiap orang berhak mengejar dan mewujudkan mimpinya. Yang terpenting adalah jangan hanya sekadar menyimpan mimpi itu dalam angan dan memposisikannya dalam bunga tidur belaka, kita perlu mengupayakan sekuat tenaga untuk meraih dan mewujudkannya. 

Biidznillah. Bismillah. Tak ada yang tidak mungkin atas Kun Fayakun-Nya. Semoga yang disemogakan segera tersemogakan adanya.

Ohya, awalnya saya mengenal KMOI ini karena dijadikan "tumbal" oleh Budhek yang memang telah lebih dulu bergabung dengan komunitas itu. Meskipun demikian, namun saya bersyukur telah dijerumuskan pada hal yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan saya selanjutnya. 

Mungkin ini adalah cara Tuhan membukakan jalan atas satu mimpi yang belum terwujudkan. Semoga dengan tergabungnya dalam KMOI di bulan Ramadan ini menjadi cambuk tersendiri dalam mengisi hari-hari suci dengan penuh semangat resolusi diri yang tinggi.

Selain itu, dengan bergabungnya dengan KMOI ini secara tidak langsung, untuk beberapa hari kedepan saya dituntut untuk mampu lebih disiplin lagi. Mengapa demikian? Karena rundown acara itu disampaikan mulai pukul setengah enam pagi hingga pukul setengah delapan tepat. Itu berarti selama Ramadan ini saya memulai hari dengan suguhan ilmu tiada henti. 

Tertanda bukan pejuang modus operandi.

Tulungagung, 17 April 2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun