Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hikmah di Balik Ban Bocor

16 April 2021   00:49 Diperbarui: 16 April 2021   00:54 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kala itu, saya duduk di bangku yang telah tersedia, persisnya di samping sang bapak yang sibuk membongkar pasang baut. Dari pinggir jalan, tawa-tawa menggelitik rombongan saya masih saja tak mengenal waktu dan "kandang orang". Mereka terus bertingkah masa bodoh seperti halnya di rumah sendiri sembari cekikikan. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Sungguh gila memang.

Kedua, tragendi ban boncor tiga kali dalam satu perjalanan pun sempat saya rasakan. Kejadian itu bermula dari rencana survey ke kota Jember. Beberapa jam sebelum berangkat ke Jember ternyata ban belakang sudah bocor, lantas saya pun bergegas pergi ke tukang tambal ban yang keberadaannya tidak jauh dari kos. 

Sesampainya di sekitar Lumajang, ban belakang itu bocor lagi. Awalnya hendak ditambal, eh dengan terang-terangan bapaknya menemukan keganjilan, di mana ban dalam belakang yang sempat diganti pada saat ban meletus di jalur Tulungagung-Jombang itu ternyata bukanlah ukuran asli yang harus digunakan, melainkan ban dalam depan yang dipasang pada ban dalam bagian belakang. 

Alamak, bentuk kedzaliman apalagi ini Tuhan? Akhirnya, saya putuskan untuk menggantinya dengan ban dalam baru.

Ban baru telah terpasang, kami pun melanjutkan perjalanan menuju kota Jember. Eh, tidak lama sampai di desa tujuan, ban belakang itu bocor lagi. Teman saya yang meminjam motor pun mengeluhkan kejadian. Katanya; "ban dalam yang dipasang bukan ukuran aslinya. Lagian kok ya ada ban bermerek Swalow. Opo kuwi. Alamak. Macam mana pula ini. Lantas siapakah yang benar?

Di bengkel ketiga itulah teman saya mengganti kembali ban dalam belakang sesuai dengan standaritas, bahkan ia request agar dipasangkan ban dalam yang berkualitas sekalian. 

Dari deretan kasus tersebut, saya bersyukur karena masih diberikan keselamatan dalam perjalanan yang panjang. Meskipun tidak terasa, kami (red; saya dan teman saya) pun sempat menaruh curiga dengan seenaknya pada tukang tambal ban tersebut, bahwa ada permainan dalam profesi. 

Ah, tapi sudahlah. Jangan biarkan pikiran ini menerka persoalan yang tidak-tidak. Itu bukan urusan kami dan semoga kebenaran tidak demikian. Bagaimanapun masing-masing kita juga tahu; toh siapa yang berbuat ia yang akan menuai akibat.

Yang jelas, saya berusaha memahami bahwa rentetan panjang kebocoran ban itu tak lain adalah bagaimana proses perpindahan rezeki dari satu tangan ke tangan yang lain. Artinya, dalam persoalan rezeki itu ada subjek yang berstatus sebagai perantara-penjaga titipan dan ada pula tokoh yang menjadi tujuan.

Tak lama kemudian saya terperanjat dari lamunan, mas montir pun sempat berujar, "sampun mas". "Oh, enggeh mas. Pinten?", sahut saya. "Sepuluh ribu mas", mas montir menimpali. 

Sesampainya di kos, kejadian bocornya ban yang sempat saya abadikan di story WhatsApp pun dikomentari oleh salah seorang teman yang pernah sekos. "Cobaen isi gawe nitrogen mas.. awet insyaallah.. (dicoba isi menggunakan nitrogen mas, awet insyaallah)", isi pesannya kepada saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun