Alhasil, jikalau kita sering menambah referensi bacaan, melatih diri dan sharing atau berdiskusi maka akan melancarkan sirkulasi munculnya ide, mentransformasikan bahasa pikiran menjadi kata hingga tertuang menjadi rangkaian tulisan yang menggugah selera pembaca.
Keempat, singkirkan distraksi. Dalam Kamus Ilmiah Populer, distraksi diartikan sebagai kebingungan, selingan. Maksudnya, adakalanya lingkungan dan situasi tertentu yang melibatkan kita di dalamnya sangat menggangu dan tidak mendukung kita untuk menulis.Â
Dalam konteks ini berarti carut-marut aktivitas yang ada di lingkungan sekitar kita dapat menjadi penghambat dan pengganggu yang mengakibatkan buyarnya fokus kita dalam meruntut semua ide yang hendak ditampilkan. Maka atas dasar itulah kita harus disiplin menghilangkan segala bentuk gangguan yang ada di sekitar supaya kita bisa fokus untuk menulis.
Selingan-selingan selama proses menulis alangkah baiknya dihindari. Sebab selingan dalam proses menulis dapat menyebabkan aliran ide tersendat. Bahkan dalam tahapan yang lebih fatal, topik yang sedang berusaha kita rampungkan ditulis bisa saja terbengkalai. Pada akhirnya kita berhenti menuliskan satu topik tertentu karena adanya selingan itu. Lama-kelamaan lupa dan enggan meneruskannya, sebab rangkaian kata itu telah sirna karena jeda tanpa koma. Jikapun itu terjadi, sebaiknya kita mengantisipasinya dengan mencatat poin-poin penting secara garis besar seperti apa alur gagasan itu akan dituangkan selanjutnya.
Kelima, cari waktu dan tempat terbaik. Kapan dan di mana kita menulis sebenarnya juga memberikan kontribusi terkait bagaimana writer's blok mampu menimpa diri. Maka yang menjadi kuncinya di sini ialah kita berusaha mengenali karakter diri, dapat memilah mana waktu yang efektif (berkualitas dan lancar dalam menuangkan ide) dan temukanlah tempat ternyaman untuk melakukan proses menulis.Â
Jika kita telah mengenali karakteristik diri, menemukan waktu yang efektif dan tempat ternyaman untuk menulis maka yakinlah rangkaian kata itu pun akan dengan mudah mengalir dengan sendiri. Tidak hanya itu, bahkan setiap kalimat yang kita tulis pun terasa hidup tatkala dinikmati oleh pembaca.Â
Karena pada dasarnya, tulisan itu selain representasi dari pola pikir yang sengaja dibentuk juga menampilkan ekspresi psikis dan emosional sang penulis.
Lantas tidaklah heran jika ada orang yang menyebutkan bahwa menulis adalah salah satu sarana efektif dalam menerapi emosional ataupun psikis.Â
Jika saya meminjam istilah yang digunakan oleh Prof. Ngainun Naim, maka sejatinya penulis sendiri akan menemukan "momentum wow" atau merasa plong tatkala ia telah selesai menulis. Seakan-akan rasa plong itu menghilangkan beban yang ditanggung secara psikis sekaligus menghandirkan rasa kegembiraan yang bukan kepalang.Â
Pendek kata, konsistensi dalam menulis turut mempengaruhi pengelolaan kondisi psikis kita. Lantas, nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan?
Sementara yang terakhir, keenam, yakni membaca buku dan browsing di medsos. Aktivis membaca buku kini bisa dilakukan kapan dan di manapun. Sesuai dengan kehendak dan selera kita. Terlebih lagi, publikasi buku di era digitalisasi ini sudah sangat dipermudah, marak di mana-mana bahkan buku-buku itu pun dapat kita temukan di lapak online.Â