Ditegaskan pula, tujuan utama dari pembentukan LESHUTAMA bukan semata-mata mengakomodir atas peran penting gerakan penyelamatan sumber mata air, melainkan terdapat tujuan yang lebih greget dan mengena, yakni membentuk sekaligus mewujudkan generasi penerus yang peduli dan peka terhadap kelestarian lingkungan, inspiratif dan menjadi motivasi serta tauladan tersendiri bagi kalangan pemuda untuk memanfaatkan potensi lokal demi kesejahteraan masyarakat.Â
Bagaimanapun blue print dalam konteks ini ialah kaderisasi penggiat kelestarian alam sangat penting, terlebih lagi bila kita mengingat ruang gerak dan cara pandang generasi melenial saat ini telah lama terkungkung oleh pragmatisme dan tradisi konsumtif.
Selain fokus menyelamatkan sumber mata air, LESHUTAMA juga bersemangat melestarikan lingkungan hutan dengan mengutamakan kearifan lokal, hal itu dapat dilihat dari rekam jejak upaya reboisasi yang dilakukan di kawasan wisata edukasi Argo Pathuk dari tahun ke tahun. Upaya reboisi yang dilakukan LESHUTAMA tersebut kerap kali kerjasama dengan banyak komunitas yang beragam latarbelakang.Â
Sebagai contoh, seperti halnya yang dipaparkan GenPi.co (06/01/2019), dengan mengusung tema Nandur Bareng Upaya Menyelamatkan Ekosistem Argo Pathuk, LESHUTAMA bekerjasama dengan Lembaga penerbitan Mahasiswa Dimensi IAIN Tulungagung, Komunitas Kerukunan Umat Beragama sampai dengan beberapa komunitas motor larut dalam agenda tandur pohon di kawasan Argo Pathuk.
Abdul Mukhosis selaku ketua panitia pelaksana menegaskan bahwa kegiatan tandur pohon di Argo Pathuk sendiri adalah agenda rutin yang dihelat setiap tahun. Lebih tepatnya dilakukan setiap awal tahun. Meski demikian, kegiatan tanam pohon ini tidak hanya dilakukan sekali dalam setahun. Sementara alasan tanam pohon dilakukan di Argo Pathuk tak lain adalah upaya proses branding dan marketing kawasan wisata edukasi Argo Pathuk.Â
Selaku penggagas dan pengelola Argo Pathuk, Abdul Mukhosis mempertegas bahwa area wisata edukasi itu tidak lain adalah kawasan observasi hutan sekaligus akses utama menuju komplek wisata Candi Dadi. Salah satu prasasti yang masih kokoh berdiri di bukit Kedungjalin, Desa Junjung, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung.
Selain itu, kawasan Argo Pathuk juga dikelilingi oleh prasasti lain, di antaranya; Candi Bubra, Candi Urug, Lumpang Naga dan Sumber Urip yang di sekitarnya terdapat situs goa katak.
Terpusatnya kegiatan reboisasi di Argo Pathuk ini sengaja fokus mengangkat isu-isu lingkungan dengan tujuan melestarikan alam sehingga berdampak pada upaya menjaga keberlangsungan dan kealamian sumber mata air yang ada di daerah setempat.
Padahal dahulu jauh sebelum dikelola, kawasan Argo Pathuk pernah mengalami pembalakan liar dalam skala yang besar. Sebagai dampaknya, ekosistem flora terganggu dan mengurangi populasi fauna, lebih tepatnya kera turun ke pemukiman sekaligus menjadi hama untuk setiap jengkal tanaman pertanian warga.
Pada 5 Januari 2020, LESHUTAMA kembali melakukan reboisasi dengan melibatkan ratusan masyarakat, Kapolres Tulungagung dan puluhan Komunitas di Tulungagung. Puluhan Komunitas tersebut berasal dari berbagai unsur; Komunitas pemuda, pelajar, mahasiswa sampai dengan komunitas lintas agama. Semua elemen yang ada bersatu padu fokus menanam pohon yang mereka bawa masing-masing.Â
Kapolres Tulungagung, AKBP Evan Guna Pandia sangat bangga sekaligus mengapresiasi kegiatan tandur bareng lima yang melibatkan berbagai macam elemen masyarakat termasuk puluhan Komunitas pemuda di dalamnya.Â