Jiwa itu bergelayutan dalam semayam diri
Di ujung pangkal nurani
Dalam setiap insani
Pun sejak itu keputusannya sibuk membulatkan diri Bergumul dengan tanda-menandai
Bermufakat teruntuk iring-mengiriÂ
Menjelma anugerah nan lepas meliputi
Waktu berjalan melintas kerutan dahi
Segaris dua garis terus menyusun kadar usia rekapitulasi
Keriput jelas di sana-sini
Kedua kantung kelopak mata bahkan tak kencang lagi
Berganti Minggu kian tajam menunjukkan ketuaanmu di saban hari
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!