Munajatku dalam setiap selangkang malam kupersembahkan
Tololnya aku menomorsatukan engkau dalam tiap-tiap kesempatan
Mengigau-ngigau masif menyebut namamu
Bahkan lancangnya lagi bayangan engkau mengebiri ingatan untuk menyisihkan peran penting kedua orangtuaku
Seolah-olah engkau jantung yang mendikte nadi kehidupanku
Entahlah, entah telah sepayah apa engkau mengguna-mengguna
Hingga kau permainkan rasa tulusku yang nyata
Antara membudak pun atau mencinta
Antara memuja dan menghinakanku seutuhnya
Akhirnya Tuhan menunjukkan kecemburuannya
Menjadikan kau dan aku dua kutub yang tak pernah dipertemukannya