Diam mematung tanpa kata
Sorak-soraipun anarkis tak mampu menggentarkannya
Kegaduhan demonstran itu tak pernah menyumat gejolak bara emosi di dada
Ia tetap tenang, damai dalam kemantapan ajegnya
Dinding-dinding itu tetap saja kokoh mendengar putusan perkata
Selancang apa pun fraksi-fraksi politik itu saling menghujat dan membanting kursi tetap saja ia si cerdik penyumpal cerita
Akal bulus seperinci rahasia dalam genggamnya
Saksi bisu di bilik perahara
Mungkin benar ia telah bosan dengan kegandrungan rapat-rapat ala barbarian
Memanggang undang-undang sesuai kepentingan golongan
Menyelundupkan pasal-pasal sebangsa monopoli kekuasaan
Mengibaskan dasi seiring jas kebanggaan
Entah sejak kapan cermin aspirasi rakyat lupa atas kebermulaan
Gila atas kursi jabatan tak ayal hasil mengemis penuh cengengesan
Mengundi janji pengelabuan
Penampakan yang ada tak lebih sekadar permainan petak umpet pun atau kucing-kucingan
Dan itu bukan berarti banyak membenah kebobrokan
Sekadar menegangkan!
Menumpuk kekayaan merumuskan kesengsaraan untuk dimakan Â
Bahkan mikrofon harga selangit mereka matikan
Seandainya atap-atap itu telanjur lelah dalam melacurkan diri
Mungkin besar kemaluannya telah memberangus nyawa tanpa harus menghitung jemari
Entah itu mereka berkacamata maupun yang berpeci
Semua terpahami sama dalam satu arti
Tokoh utama drama kolosal dalam mengerdilkan hak asasi
Seandainya deret kursi itu memihak aksi
Mungkin sejak awal takan pernah sudi masif disinggahi
Terlebih jijik membopong tubuh yang molor di saat rapat berkali-kali
Apalagi acuh tak acuh terhadap sejubel materi, mungkin ia sibuk mengutuk diri
Sementara semua kursi mufakat untuk angkat kaki
Dalam bungkamnya menertawakan kursi, pun meja menatap tajam sembari mengenali
Lima menit selanjutnya ia sibuk menyumpahi
Siapa-siapa yang selalu usil menampar pipinya berpuluh-puluh tahun dan kini
Meja pun berani mengernyitkan dahi sekaligus menghakimi
Kiranya, inikah kacang yang dzolim atas kulitnya sendiri?
Dan pagar-pagar itu korbannya pertama kali
Ah, sewindu sayang, orasi-orasi itu tak kunjung menginsyafkan diri
Tak ada obat ampuh penyembuh kelalilan diri
Jikapun ketukan palumu adalah benar
Pahamkan kami dari kebebalan akal anak tiri
Pancarkan kebijaksanaanmu demi kebebasan egoku yang merusuhi
Tulungagung, 10 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H