Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tulang Rusuk

8 Oktober 2020   12:53 Diperbarui: 8 Oktober 2020   12:53 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

/

Apa yang telah benar-benar meyakinkanmu begitu patut?

Kau hisap segala jelmaan puji tanpa surut

Kau gelandang peleton permata mamak desa sampai bangkrut

Dan dalam decak tawa itu kau hanya termangut-mangut

Sesekali berlagak pilon dengan merengut

Padahal sibuk menyelipkan perihal berjengkal barut hingga kebacut

//

Lajangmu kau habiskan menggasak latah dan petantang-petenteng

Menjual paras dan segudang atribut 

Kau janjikan gunungan surga bermandikan rayuan maut

Kau terobos genggalang trauma bahasa keibubapakaan dengan enteng

"KUA pelabuhan kami", soraknya di atas benteng

///

Tak segan merajut namun rapuh pula dalam sengkarut

Menabuh genderang beralas takut

Menuang bulir-bulir asmara menepis buntut

Pun karenanya sampailah engkau di pulau cinta

Di negeri orang-orang yang tak mengenal tuna soal rasa

Pesisir yang menampung jiwa-jiwa pemabuk asa

Hingga sekejap saja ia lupa mimpinya berlabuh di kota aksara

IV

Meringis dalam bayang-bayang

Sandaran hatinya lenyap diganyang orang

Yang tersisa hanya terbungkus kenangan

Selebihnya bersusah hati terbalut kepedihan

Harapnya terlalu naif teruntuk terpatahkan

Dan itu kejadian.

Lantas, mau apa gerangan?

Hendak ke pulau mana lagi engkau mencari harta rampasan

Hendak mendayung sampan ke samudera rasa mana lagi engkau hempaskan

Ah, telah habis pikir arah tujuan

Tak ada lagi dermaga yang rela mengasihani jongos tanpa imbalan

Jikapun ada biar kutebus seutuhnya dengan pengabdian.

V

Tak apa,

Sungguh tak apa-apa

Bahkan kenyataannya rasaku sebatangkara

Tapi bukan berarti aku kalangan Shofis yang akan bertutur banyak pada Milea

Jujur, aku takan menggugat Dewi Fortuna

Cukup sudah

Biarlah takdir tak mau memihak

Toh pundakku telah purna sesak akan onak beranak-pinak

Gerutuku meletup-letup kian masak

Pun sepi penjarah handal nian satru persetiap babak

Tulungagung, 08 Oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun