Keenam, berusaha melipat kertas sebagai pembatas buku. Apabila kita tidak menemukan media yang ada di sekitar untuk dijadikan pembatas buku, adakala kita lebih sering memilih utuk melipat halaman di mana kita terakhir jeda.Â
Padahal melipat kertas sebagai pembatas buku ini sangat tidak dianjurkan. Mengapa demikian? Sebab bisa jadi halaman yang kita tekuk itu robek dan menghilangkan estetika dari buku tersebut.Â
Sementara yang terakhir sekaligus pamungkasnya, yakni kita berusaha menjadikan ingatan kita sebagai pembatas buku. Mengendalikan ingatan sebagai pembatas buku, sebenarnya hanya bisa dilakukan oleh segelintir orang yang memang memiliki daya ingat yang tajam.
Sedangkan bagi khalayak yang dhoif dan mudah lupa, sangat tidak dianjurkan untuk menjadikan ingatan sebagai pembatas buku. Bagaimanapun mengingat halaman terakhir di mana kita berhenti membaca jauh lebih susah dibandingkan mengingat berapa jumlah mantan. Heuheu.Â
Nampaknya menjadikan ingat sebagai pembatas buku sangat kurang tepat dan sukar untuk dilakukan. Mengingat, persaingan ketat dalam ingatan kita terus-menerus berkelindanan, antara bagaimana melunasi utang, berfantasi yang tinggi dan terjebak romantisme kenangan.
Pertanyaannya, pembatas buku jenis apa yang anda gunakan? Kalau boleh saran, lebih menarik lagi kalau akhir bacaan anda ditandai dengan menggunakan uang. Setelah itu, biarkan buku yang bersangkutan saya pinjam. Bolehkan?
Pukul 00: 03 WIB.
Tulungagung, 22 September 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H