Hal ini sebagaimana tercantum dalam surat An-nisa ayat 101:Â
"Dan apabila kamu berpergian di muka bumi, maka tidaklah tidak mengapa kamu men-qashar sembahyang (mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu".
Hal ini berlaku dengan catatan telah memenuhi syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan jumhur ulama untuk melakukan pengerjaan salat di waktu udzur.Â
Sementara orang-orang yang tidak mempunyai kendala tertentu dan halangan apapun, sama sekali tidak diperbolehkan untuk melakukan rukhsah salat fardu pada masing-masing waktunya yang berlaku.
Meskipun demikian, adanya kategorisasi waktu untuk menunaikan salat fardu di sini bukan berarti setiap orang bisa memilih mengulur pengerjaan salat dengan semena-mena, sekehendak hati dan sesuka dirinya dengan alasan yang tak jelas dan tak masuk logika.Â
Kategorisasi waktu ini justru hendak menegaskan bahwa Islam adalah agama Rahmatan Lil 'Alamin yang tidak memberatkan setiap pemeluknya untuk menjalankan kewajiban. Baik itu tatkala seorang muslim-muslimah dihadapkan dengan ketidaksempurnaan fisik, onak dalam sekat kontestasi ruang, waktu dan jarak.Â
Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa seorang muslim yang menjalankan salat lima waktu dianalogikan seperti orang yang melakukan mandi lima kali setiap hari. Di mana setelah mandi tersebut dapat diartikan manusia akan suci kembali dari sekian gudang dosa dan kesalahannya. Allahu Ghofur, igfirlanaa.
Penekanan yang harus diblue print di sini adalah dalam keadaan apapun manusia sebagai makhluk; Khalifah dan hamba di muka bumi ini jangan sampai lupa untuk menegakkan tugas, kewajiban dan kesadaran diri untuk senantiasa menghamba pada Tuhannya sebagai pemilik segala Maha.Â
Di samping itu, kategorisasi waktu untuk menunaikan salat itu juga mengajarkan kepada umat Islam untuk pandai memanajemen waktu antara bersikap porposional dan profesional dalam menjalankan tugas kehidupan di dunia.
Demikianlah sedikit intisari khotbah Jumat yang saya tangkap di minggu pertama pada bulan September ini. Semoga bermanfaat. Ohya, apabila ada kekeliruan dan kesalahan dalam penyampaian informasi di atas mohon dikoreksi. Utamanya bagi para ahli hadis dan kalangan yang mumpuni dalam urusan agama koreksinya sangat dinanti. Hehe
Akhir kata, sesungguhnya seluruh tulisan di atas tidak lain adalah cambukan yang berarti bagi saya pribadi, sementara seluruh ketidaktepatan redaksi dan tatanan pola pikir murni mencerminkan kekurangan yang ada di dalam diri.Â