Mohon tunggu...
Dja Doel
Dja Doel Mohon Tunggu... -

...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bahasa Hati

1 Juli 2012   09:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:22 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah, dahulu kala dikatakan bahwa semua manusia masih berbentuk cahaya

maka setiap orangpun berbicara dengan bahasa hati, bahasa jiwa, yang berupa pancaran energi

tidak ada salah paham, tidak ada kebohongan, semua saling mengerti

senang susah benci rindu semua terpancar dalam bentuk aslinya

bahasa hati inipun sebenarnya sekarang masih ada

yaitu bahasa antara seorang ibu dengan bayinya melalui senyum dan tatapan mata

yaitu bahasa antara mereka yang sehati,

semisal sepasang kakek nenek yang telah berpuluh tahun saling mencinta.

------------------------------------------------------------------

Dan tibalah masanya manusia cahaya mulai tertutupi oleh badan kasar yang berasal dari unsur alam

di satu sisi, badan kasar ini memberikan sensasi lebih dalam mengendalikan unsur alam

di lain sisi, badan kasar ini ternyata menghalangi pancaran energi bahasa hati

pancaran energi bahasa hati yang keluar dari mata ternyata tidaklah mencukupi

maka mulailah manusia menggerakkan lidahnya untuk menyatakan bahasa hati

maka mulailah tercipta berbagai bahasa suara

dan untuk memperkuat pancaran energi, manusiapun menggerak-gerakkan tubuhnya

maka terciptalah bahasa tubuh, bahasa ekspresi

dan manusiapun menyatakan bahasa hatinya dengan bahasa suara, bahasa tubuh, dan tatapan mata

sayangnya semua inipun ternyata tidak bisa mengungkapkan keseluruhan bahasa hati

maka mulailah timbul kesalahpahaman antar manusia.

------------------------------------------------------------------

Dan akhirnya tibalah masanya, pikiran manusia sedemikian maju berkembangnya

bahasa-bahasa lama sama sekali sudah tidak mencukupi lagi

bahasa-bahasa baru berkembang pesat mengikuti kemajuan pikiran manusia

bahasa hukum, bahasa agama, bahasa matematika, dan berbagai macam bahasa lainnya

antara satu dan lain bahasa bahkan tak jarang mustahil bisa saling berbicara

bahkan sesama bahasapun bisa saling bertentangan

maka bahasa hatipun semakin jauh terlupakan

terkotak-kotak oleh berbagai macam pola pikiran

dan bagaikan bandul pendulum,

beberapa bahasa pikiran yang mencoba mengekspresikan kembali bahasa hati

terkadang memang bisa mendekati, tetapi tak jarang pula justru menjauhi

maka timbullah berbagai macam kebohongan dan kebingungan

dan berbagai masalahpun tumbuh subur sulit terpecahkan

hanya mereka yang menyadarinya sajalah yang bisa kembali berbicara dengan bahasa hati

mereka yang bisa melampaui segala macam bahasa pikiran dan bahasa fisik

marilah kita mulai belajar lagi berbicara dengan bahasa hati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun