Alkisah, dahulu kala dikatakan bahwa semua manusia masih berbentuk cahaya
maka setiap orangpun berbicara dengan bahasa hati, bahasa jiwa, yang berupa pancaran energi
tidak ada salah paham, tidak ada kebohongan, semua saling mengerti
senang susah benci rindu semua terpancar dalam bentuk aslinya
bahasa hati inipun sebenarnya sekarang masih ada
yaitu bahasa antara seorang ibu dengan bayinya melalui senyum dan tatapan mata
yaitu bahasa antara mereka yang sehati,
semisal sepasang kakek nenek yang telah berpuluh tahun saling mencinta.
------------------------------------------------------------------
Dan tibalah masanya manusia cahaya mulai tertutupi oleh badan kasar yang berasal dari unsur alam
di satu sisi, badan kasar ini memberikan sensasi lebih dalam mengendalikan unsur alam
di lain sisi, badan kasar ini ternyata menghalangi pancaran energi bahasa hati
pancaran energi bahasa hati yang keluar dari mata ternyata tidaklah mencukupi
maka mulailah manusia menggerakkan lidahnya untuk menyatakan bahasa hati
maka mulailah tercipta berbagai bahasa suara
dan untuk memperkuat pancaran energi, manusiapun menggerak-gerakkan tubuhnya
maka terciptalah bahasa tubuh, bahasa ekspresi
dan manusiapun menyatakan bahasa hatinya dengan bahasa suara, bahasa tubuh, dan tatapan mata
sayangnya semua inipun ternyata tidak bisa mengungkapkan keseluruhan bahasa hati
maka mulailah timbul kesalahpahaman antar manusia.
------------------------------------------------------------------
Dan akhirnya tibalah masanya, pikiran manusia sedemikian maju berkembangnya
bahasa-bahasa lama sama sekali sudah tidak mencukupi lagi
bahasa-bahasa baru berkembang pesat mengikuti kemajuan pikiran manusia
bahasa hukum, bahasa agama, bahasa matematika, dan berbagai macam bahasa lainnya
antara satu dan lain bahasa bahkan tak jarang mustahil bisa saling berbicara
bahkan sesama bahasapun bisa saling bertentangan
maka bahasa hatipun semakin jauh terlupakan
terkotak-kotak oleh berbagai macam pola pikiran
dan bagaikan bandul pendulum,
beberapa bahasa pikiran yang mencoba mengekspresikan kembali bahasa hati
terkadang memang bisa mendekati, tetapi tak jarang pula justru menjauhi
maka timbullah berbagai macam kebohongan dan kebingungan
dan berbagai masalahpun tumbuh subur sulit terpecahkan
hanya mereka yang menyadarinya sajalah yang bisa kembali berbicara dengan bahasa hati
mereka yang bisa melampaui segala macam bahasa pikiran dan bahasa fisik
marilah kita mulai belajar lagi berbicara dengan bahasa hati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H