Mohon tunggu...
Mamun Ahmad
Mamun Ahmad Mohon Tunggu... Human Resources - Peselancar Ilmu

Cinta Perdamaian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Meraih Hikmah di Balik Wabah Covid-19

6 Februari 2021   15:36 Diperbarui: 6 Februari 2021   15:49 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Allah swt. telah berfirman:

"Dia member hikmah kebijakan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan siapa diberi hikmah kebijakan, maka sesungguhnya ia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal." (QS.2:270)

Hujan panas permainan hari, susah senang permainan hidup, begitu (tn. Mln. Muhyiddin syah ShD, alm) berpepatah. Siklus kehidupan berputar pada porosnya (QS.Yaasiin:41) dan takdir dipergilirkan bersesuaian dengan ilmuNya (QS.3 :141) DIAlah Allah Yang Maha Mengatur Segalanya. Semua sudah terajut berjalin berkelindan hingga segala rahasia yang tak biasapun menyeruak sempurna. Sejatinya Pernik  unik ini tidak terjadi dengan sendirinya. Tatanan seolah berubah dari pakem yang tidak boleh dulu menjadi boleh sekarang bahkan menjadi keharusan. Kondisi COVID-19 telah mampu mampu merubah seutuhnya.

Dan marilah kita melihat dari dekat;

Bidang Keagamaan;

Ketika kondisi normal, khatib jumat sudah ditentukan. Sehingga yang biasa menyampaikan khutbah, bacaan khutbah pertama dan keduanya menjadi terbiasa lancar diluar kepala. Namun Ketika pandemic copid-19 mewabah. Ibadah sholat jumat dirumah-rumah. Tiba tiba saja phenomena permintaan bacaan khutbah pertama dan kedua meningkat. Setiap kepala keluarga seolah dipaksa untuk bisa menyampaikan khutbah. Dengan sendirinya bacaan khutbah pertama dan kedua menjadi ramai dihafalkan. Bukankah hal ini hebat luarbiasa! Dalam kondisi  normal, berpuluh tahun pun bacaan khutbah pertama dan kedua susah dihafalkan! Corona telah memaksa menjadi bisa!

Tidak hanya shalat jum'at, shalat 5 waktu pun dirumahkan juga. Hal ini menjadi semacam pembelajaran bagi para kepala keluarga, bagaimana seharusnya melantunkan Alfatihah dan surat surat pendek, menjadi imam ditengah keluarga. Syukur bagi yang sudah hafal dan sudah terbiasa akan menjadi suatu kenikmatan tersendiri karena yang menjadi makmum dan yang mengamini adalah suara anak dan istri dan anggota keluarga sendiri. Namun bagi kepala keluarga yang belum hafal, akan dipaksa untuk rajin menghafalkan. Setidaknya, saat menjadi imam, keringat dingin telah mengucur; memiriskan pada diri yang tak pandai mengaji padahal telah menjadi imam ditengah keluarga. Pesan moralnya adalah mengikhtiarkan tawadhu, mengaku diri kurang ilmu lalu giat belajar sebagai ikhtiar!

Lebih dari semua itu datang juga tuntutan dari anak dan istri agar melaksanakan taraweh berjamaah serta diujung malam menjelang makan sahur tahajjud berjamaah. Hikmah tarbiyah lewat pandemic Korona telah memantaskan diri untuk 'Arif billah dengan banyak 'ibadah dirumah, bekerja dari rumah dan belajar dirumah. Kini adalah saatnya menghisab diri dan melakukan perenungan selaku hamba Allah!

Dalam bait puisinya, Yang saya Muliakan Kyai Mustofa Bisri, biasa disapa Gus Mus (nuwun sewu Gus karena sukanya saya pada bait bait yang Gus gubah) saya tulis ulang disini, indah sekali;

"Vatikan sepi. Yerusalem sunyi. Tembok Ratapan dipagari. Paskah tak pasti. Ka'bah ditutup. Shalat Jumat dirumahkan. Umroh batal.
Shalat Tarawih Ramadhan dimesjid mungkin juga bakal sepi.
Corona datang, Seolah-olah membawa pesan bahwa ritual itu rapuh! Bahwa "hura-hura" atas nama Tuhan itu semu. Bahwa simbol dan upacara itu banyak yang hanya menjadi topeng dan komoditi dagangan saja.

Ketika Corona datang, Engkau dipaksa mencari Tuhan. Bukan di Basilika Santo Petrus. Bukan di Ka'bah. Bukan di dalam gereja. Bukan di masjid. Bukan di mimbar khotbah. Bukan di majels taklim. Bukan dalam misa Minggu. Bukan dalam sholat Jumat.
Melainkan, Pada kesendirianmu. Pada mulutmu yang terkunci. Pada hakikat yang senyap. Pada keheningan yang bermakna.

Corona mengajarimu, Tuhan itu bukan (melulu) pada keramaian.
Tuhan itu bukan (melulu) pada ritual. Tuhan itu ada pada jalan keputus-asaanmu dengan dunia yang berpenyakit.
Corona memurnikan agama!
Bahwa tak ada yang boleh tersisa. Kecuali Tuhan itu sendiri! Tidak ada lagi indoktrinasi yang menjajah nalar. Tidak ada lagi sorak sorai memperdagangkan nama Tuhan.
Datangi, temui dan kenali DIA di dalam relung jiwa dan hati nuranimu sendiri.
Temukan Dia di saat yang teduh dimana engkau hanya sendiri bersamaNya.
Sesungguhnya Kerajaan Tuhan ada dalam dirimu.
Qalbun mukmin baitullah.
Hati orang yang beriman adalah rumah Tuhan.

Biarlah hanya Tuhan yang ada.
Biarlah hanya nuranimu yang bicara.
Biarlah para pedagang, makelar, politikus dan para penjual agama disadarkan oleh Tuhan melalui kejadian ini.
Semoga kita bisa belajar dan mengambil hikmah dari kejadian ini.

Begitu pun dengan seorang teman ia pun menitipkan WA- pada gadget saya, begini bunyinya;

Dulu ketika masuk bulan Ramadhan, Setan la'natullah yang            dikurung, sekarang sepertinya kita yang dikurung di rumahkan...!
Dulu kalau rajin ke Masjid namanya orang SHALIH, sekarang  orang ke Masjid dikira orang SALAH..!

Dulu IMAN yang harus di usahakan kuat, sekarang IMUN yang justru harus dikuatkan..!
Dulu dicambuk orang yang kalau tidak pergi Jumatan. Sekarang justru dicambuk orang yang kalau pergi Jumatan..!
Dulu kalau ada orang bersin dibacakan Alhamdulillah.,

Sekarang kalau ada orang bersin.. Innaalillaahi...diwaspadai tertuduh kena corona..!                    

Dulu ada tamu, bawa rahmat. Sekarang ada tamu dianggap membawa laknat..!
Dulu kalau bertemu berjabat tangan. Sekarang bertemu angkat kaki dan cepat-cepat pergi..!
Dulu Anak disuruh cuci kaki sebelum tidur, Sekarang disuruh cuci tangan sebelum tidur.
Dulu parfum yang kita bawa di tas, sekarang hand sanitizer spray yang dibawa.!

Dulu senyum sedekah, sekarang masker yang disedekahkan..!
Dulu kata negatif tidak bagus, sekarang kata positif tidak bagus..! sungguh Dunia telah berubah!
Dulu pulang membesuk orang tua membawa kebahagiaan. Sekarang membesuk orang tua diduga membawa  penderitaan.!
Sebuah renungan untuk DUNIA yang sedang TERBALIK....ia cepat menyimpulkan!

Bagi saya, Islam datang diantaranya untuk menjaga dan menyelamatkan jiwa, akal, harta dan kehormatan. Ketika kita bercermin dari makna tekstual kitab suci Al-Qur'an;

"Sesungguhnya yang Dia haramkan bagi kamu hanya bangkai, darah, daging babi, dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah. Tetapi barangsiapa terpaksa, bukan bermaksud melanggar dan tidak melampaui batas, maka tidak ada dosa atasnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." 

(QS. 2:174)

Terkait masalah keselamatan jiwa dalam kondisi darurat; barang yang haram saja boleh dimakan. Asal tidak berlebihan dan melampaui batas. PANDEMI COVID-19 seakan menjadikan dunia menjadi terbalik, semua itu harus dimaknai dalam koridor demi untuk keselamatan jiwa itu! Ketika kaji kita sampai disini, maka tak akan lagi berkata; ~ke pasar berani, ke ATM berani, ke mall berani giliran ibadah ke mesjid lho kok takut? Karena bukan essensi ibadahnya yang dilarang dan dihindari. Melainkan titik tekannya pada berkerumun massa-nya supaya  si COPID-19 tidak menular, itulah tujuannya. Saya kira kita sepakat disini, ya!

Bidang Lingkungan hidup

Kita mesti pandai bersyukur. Karena efek positif dari bersyukur itu adalah untuk kebaikan diri kita sendiri. (QS. 31:13)

Dan terhadap nikmat Tuhan engkau, maka hendaknya zahirkanlah (QS. Adh Dhuha:12)

Disatu sisi betul sedang terjadi pandemic Covid-19. Kemudian Dunia pun bereaksi serentak atas pandemic ini. Ada penerapan social distancing, physical distancing, cuci tangan, penggunaan hand sanitizer, lockdown, PSBB, dilarang mudik, dirumah saja dan lain sebagainya. Ternyata atas reaksi dunia yang serentak dan begitu cepat ini pada sisi lainnya memberikan pengaruh sangat besar terhadap kesehatan baik secara individu maupun lingkungan hidup.

KOMPAS.com melaporkan bahwa tingkat polusi dibeberapa kota dunia menunjukkan penurunan cukup drastis akibat merebaknya Covid-19. Sementara itu penelitian yang dilakukan Columbia University menyebutkan emisi karbondioksida yang terutama dihasilkan oleh kendaraan turun sekitar 50 persen dalam beberapa hari saja.

Hampir senada, diungkapkan juga oleh kepala sub Bidang Produksi informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Siswanto. Ia bilang kualitas udara yang lebih bersih pada Maret tahun ini dibandingkan sebelumnya lantaran emisi gas buang transportasi dan industry berkurang drastis. Hal ini diketahui, sejumlah perusahaan menerapkan system bekerja dari rumah (working from home) karena untuk memutus penyebaran virus korona.

Hikmah terbesar yang bisa kita petik dari pandemic Covid-19 ini adalah; setelah kesibukan dunia yang mengharubiru pada titik kulminasi tertentu adalah saat kembalinya hati dan pikiran kita kepada Allah swt. (QS.94:9). Allah Yang Maha Kuasa dan Maha segalanya bahwa melalui Pandemi Covid-19 ini DIA sedang mencuci dunia;  menjadikan dunia lebih bersih setelahnya, insya Allah!

C. Bidang Pendidikan (tarbiyyat)

Meskipun kita dirumahkan kita tetap belajar karena belajar adalah kebutuhan sepanjang masa (long live education). Pandemi Covid -19  ini kembali menyadarkan kita bahwa; rumah adalah sekolah kita yang pertama ( ).  Pendidikan karakter kita bermula disini. Sedang ibu bapak kita adalah guru kita yang pertama dan utama. Dalam menghormati mereka ada sumber keberkahan ilmu ) 'dhimil ustadziBarokatul ilmi fii ta (    

Hal lain yang terasa manfaatnya, banyak belajar dirumah bersama orangtua adalah semakin dekatnya hubungan emosi antar anak dengan kedua orangtuanya begitu juga sebaliknya. Pada gilirannya nanti akan terbangun mental sesuai pesan nabi Muhammad saw.

Keledzatan hidup itu ada pada anak yang berbuat baik kepada kedua orangtuanya

Terkait masalah pendidikan anak anak, ada pesan dari Hazrat Khalifatul Masih Al-khomis ABA dalam khutbah beliau; 24 April 2020, sebagai berikut; Ajarkanlah hal-hal mendasar kepada anak-anak. Anda dapat meningkatkan ilmu pengetahuan bagi diri sendiri dan juga anak anak. Berikanlah perhatian pada doa-doa dan secara khusus mintalah rahmat Ilahi bagi diri sendiri dan juga dunia. Ambillah manfaat sebanyak-banyaknya dari suasana yang Allah Ta'ala berikan pada kita ini. Suasana yang diciptakan oleh wabah ini di rumah rumah kita, seperti yang telah saya katakan, hendaknya menarik perhatian kita untuk lebih baik lagi!

Hikmah lain yang bisa kita petik dari Pandemi Copid-19 dari sisi ini adalh menjadikan rumah kita seperti yang disabdalkan nabi Muhammad saw.; Rumahku adalah surgaku!  

D. Rasa toleransi semakin terasah

Ternyata sisi lain dari PANDEMI COVID-19 ini mengajari kematangan bertoleransi yang lebih cepat dibandingkan dengan kondisi normal. Hal ini dibuktikan dari obrolan santai bertetangga. Sore itu saya duduk selonjoran dan tetangga datang mendekat sambil ditangannya menggenggam sapu lidi. Rupanya ia sedang membersihkan halaman yg dipenuhi daun daun pohon akibat hujan angin dihari itu.          Untuk membuka obrolan saya menyapa lebih dulu; Assalamualaikum, pak Fulani, apa kabar? Alhamdulillah, baik. Ia menjawab sambil mengulum senyum. Ustadz, mesjidnya nggak dipakai jumatan, ya? Ia balik bertanya. Tanpa memberi kesempatan saya menjawab ia langsung saja meneruskan kalimatnya; sudah sebulan lebih saya shalat dirumah dan tidak jum'atan ke Mesjid karena lockdown. Saya merasakan juga akhirnya, shalat rdirumahkan. Begitu ia ungkapkan perasaan hatinya.

Pak Fulan ini menjadi saksi beberapa tahun yang lalu saat ketika mesjid disini disegel massa ORMAS tertentu. Untuk sebuah alasan yang susah ditemukan sunahnya. Jadi ia kini merasakan juga saat saat kebelakang ketika mesjid ustadz tetangga rumahnya disegel dan ustadz serta jamaahnya shalatnya dirumahkan. Pandemi Corona telah memurnikan toleransi dan seolah menarik garis lurus ke situasi dan kondisi yang   sama! Yakni, ibadahnya dirumah saja. Sisi lain Pencerahan akibat Pandemi Covid -19 menjadi pembuka mata hidayah, Insya Allah!

Jatibening, 2 Mei 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun