Mohon tunggu...
Farida Hanum
Farida Hanum Mohon Tunggu... Guru - MI. Asasul Huda Randegan

Hobby menulis dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Titisan Kupu-Kupu Malam

6 Mei 2024   08:14 Diperbarui: 6 Mei 2024   08:16 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu

            Viona menangis, Ia memeluk erat surat Ibunya, kemudian Ia memandangi foto Ibunya dengan seorang pria tampan, pria yag sudah tentu itu adalah Ayahnya. Ada kebahagiaan saat Ia memeluk foto mereka berdua, Ia bisa merasakan pelukan Ayah dan Ibunya meski tidak nyata. Kini, Viona bisa tersenyum bahagia. Meskipun sejujurnya Viona benar-benar berharap bisa memeluk erat Ayah dan Ibunya, bisa berkeluh kesah tentang teman-temannya. Tapi itu sia-sia, Ia tak akan pernah bertemu dengan kedua orang tuanya.

"Ibu sakit parah, saat menyerahkan Kamu kepada nenek" cerita nenek Ijah. Makanya Ia tak pernah datang menjengukmu. Tambah nenek. "Nenek minta, Kamu harus kuat, biarkan orang menghina dan mencemooh kamu, Kamu harus kuat. Tetaplah selalu tersenyum, agar orang lain lebih menghargai Kamu" nasehat nenek Ijah. Viona lega setelah sekian lama Ia berusaha mencari tahu tentang siapa dirinya, berharap mendapatkan kejelasan tentang Ayah dan Ibunya, namun tak pernah Ia temukan jawabannya. Kini, semua kegelisahannya terjawab sudah, Ia bukanlah anak haram, Ia bukan terlahir dari bapak yang banyak, seperti kata orang. Tapi Ia terlahir dari buah cinta Ayah dan Ibunya. Ayah yang telah mengangkat Ibunya dari dunia prostitusi. Viona tersenyum lega, Ia menyeka air matanya dan memeluk erat nenek Ijah.

"Boleh Vio tidur dekat nenek?" pinta Viona, nenek tersenyum dan mengangguk, Ia memeluk Viona kembali dan mengelus punggung Viona lembut. Malampun berlalu dengan penuh kebahagiaan. Bahagia karena Viona dapat mempimpikan Ayah dan Ibunya.

*****

"Hai Bram, apa kabar?" Viona melemparkan senyum pada Bram. Bram terkejut, Ia tidak percaya dengan sapaan Viona. Ia menepuk-nepuk pipinya, meyakinkan dirinya bahwa ini bukan mimpi

"Eh, iya. Apa kabar Kamu?" Bram balik bertanya. "Bahagia banget, hari ini" celutuk Bram. Viona tersenyum lebar. Hatinya berbunga-bunga, tak ada lagi kesedihan, tak ada lagi insecure terhadap apapun. Yang ada hanyalah kebahagiaan menjalani hidup, demi meraih prestasi yang gemilang. Ia ingin mewujudkan keinginan Ibunya meraih kehidupan yang lebih baik, menemukan cinta sejati yang tulus menyayanginya.

"Boleh tahu dong, kenapa Kamu kok bahagia banget? Tanya Bram penasaran. Karena taidak biasanya wajah Ayu Viona terlihat ceria.

"Ada deh" gurau Viona sambil tersenyum. Bram makin penasaran, tapi Ia tidak terlalu memedulikan kepenasarannya. Ia hanya ikut bahagia melihat Viona ceria, Viona memberikan senyum manisnya. Bram melirik Viona, jantungnya tiba-tiba berdegup kencang. Saat mata mereka beradu, Bram makin salah tingkah. Ia mengalihkan pandangan ke arah berlawanan, sambil tersenyum tipis. "Ada apa dengan diriku?" gumam Bram. Bram meremas-remas tangannya, berusaha menutupi perasaannya. Tapi, Viona mengetahui, bahwa Bram benar-benar salah tingkah dan terkejut dengan perubahan Viona. Viona hanya tersenyum, Ia terus berjalan santai menuju ke kelas XI MIPA.

            Hari ini, Viona serasa terlahir kembali, setelah sekian lama Ia berada dalam kesedihan dan kecemasan. Kini, Ia tidak akan memedulikan omongan orang. Ia harus bisa menjadi diri sendiri, percaya diri sendiri dan bergantung pada diri sendiri untuk menjadi seorang anak kebanggan orang tuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun