Mohon tunggu...
Mahbubah mahmud
Mahbubah mahmud Mohon Tunggu... Penulis - Petualang literasi

Seseorang yang ingin terus belajar dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayah

23 Oktober 2020   14:09 Diperbarui: 23 Oktober 2020   14:22 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku sesenggukan menahan isak. Waktu bagai berdetak cepat, perlahan jemarinya terlepas dari tanganku. Tampak nafasnya sedikit memberat, sudut matanya menatapku sekilas, lalu berhenti sama sekali. Kupeluk erat tubuhnya yang masih hangat. Kini tangisku pecah tak terbendung lagi. Purnamaku telah pergi, secepat ini. 

*** 

Bunga kamboja berguguran dari tangkainya. Kami berdoa dengan hidmat di pusaranya. Saling menggenggam untuk menguatkan dan mengenang seratus hari kepergiannya. Bersama Mas Ardi, penjagaku menggantikan ayah. Bahkan hingga menjelang akhir hayat, ayah menyiapkan putri tercintanya, seorang pendamping yang sangat baik dan penuh cinta. 

Terima kasih, Ayah. 

Proling Jumat 23 Oktober 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun