Mohon tunggu...
Mama Totik
Mama Totik Mohon Tunggu... Administrasi - Bincang Ringan di Ruang Imaji

Coffee - Books - Food - Movie - Music - Interior - Art - Special Parenting www.debiutilulistory.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Nak, Jangan Terbalik Mengucapkan 'Permisi, Terima Kasih dan Maaf'

19 Juli 2016   14:55 Diperbarui: 19 Juli 2016   21:53 1813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan selebihnya yang kulihat sungguh pemandangan ajaib. Ibu itu langsung berjalan ke kursi itu, tanpa mengucapkan terima kasih, tanpa melihat ke arah pemuda itu atau sekadar mengangguk pada si pemuda. Dan selama duduk pun dia tidak berusaha berbasa-basi pada pemuda tadi. Mata saya terbelalak dan dalam hati saya ingin protes keras,”Bu...kamu seharusnya bilang terima kasih padanya!” Tapi saya kan tidak kenal mereka. Sampai saya keluar dari bank, kulihat si ganteng tadi masih terus berdiri, dan ibu tadi tetap duduk mematung di kursi 'pemberian'. Astaga... Jadi kalau ada yang bilang, anak sekarang tidak tahu sopan, bagaimana dong dengan kejadian tadi?

Sebenarnya bukan cuma sekali itu saya mendapati orang sulit untuk berucap terima kasih. Jika kita belanja ke toko atau makan di restoran misalnya. Cobalah untuk datang di awal atau akhir jam buka. Pembeli adalah raja itu tidak selalu berlaku lho. Mungkin hanya berlaku untuk para pemilik toko/restoran. Tapi untuk pelayannya? Nggak semua pelayan bisa mengucapkan terima kasih.

Saya pernah ke restoran pizza di daerah Srondol, Semarang. Maunya untuk sarapan, karena berangkat terburu-buru, sehingga perut kosong. Saya dan Reyhan adalah pengunjung awal. Dari raut mukanya, tampak sekali para waitress ini nggak welcome dengan kedatangan kami. Mungkin pikirnya, “Ngapain kalian datang pagi-pagi, bikin ribet aja. Dasar emak dan anak gendut pemalas nggak pernah masak,” Hehehe... Dan begitulah, sejak dari datang, pesan, makan dan pulang, mereka senyum pun tidak apalagi mengucapkan terima kasih. Waktu Reyhan minta buku menu untuk nambah pesanan, waitress pun kelihatan ogah-ogahan. Ya ampun.... untung Lebaran belum lama, jadi pintu maaf masih terbuka untukmu mbak-mbak. Mereka cantik dan manis, tapi kalau perilakunya begitu sih, nilainya langsung minus. Cuma kasirnya saja yang sumringah waktu menerima pembayaran. Nggak lagi-lagi deh datang ke situ. Dalam hati saya malah lebih jahat lagi, mendoakan agar restoran itu bangkrut, hahahaha.

Memang nggak semua begitu, restoran pizza merk yang sama di mal, malah waitress-nya ramah banget. Saking ramahnya sampai Reyhan berucap,”Coba guru les matematiksaya seperti itu ya...” Dan bapaknya pun segera mengiyakan. “Nanti bapak tanya ya dik, mbak itu ngasih les matematika nggak..” Hahaha..dasar bapak anak ini...

Di akhir jam buka pun sama. Jam tutup toko teorinya adalah jam 9 malam, tapi kalau pengunjung datang jam setengah sembilan, pelayan akan melayani dengan bersungut-sungut. Jangankan mengucapkan terima kasih, wajah mereka seolah berkata,” Buruan pulang sana, toko mau kututup.”

Ya kata terima kasih sudah menjadi barang langka di masa sekarang. Tidak berlaku secara umum, tapi memang itulah yang semakin sering terjadi. Mengingat ini, saya jadi terharu setiap kali mendengar Reyhan mengucapkan terima kasih. Menutup telpon bilang terima kasih, melihat dimasakkan makanan kesukaan berucap terima kasih (meskipun rasa masakan ibunya mungkin agak kacau), dibikinkan teh hangat bilang terima kasih, ditraktir apalagi.

Peaceful World Source : Dok.Pribadi
Peaceful World Source : Dok.Pribadi
Maaf

“Dik, ibu lupa nggak memasukkan bekal makananmu tadi. Jadi bagaimana tadi di sekolah ? Ada jajanan netral nggak di kantin ?” kata saya dengan nada menyesal saat Reyhan pulang sekolah. Sampai sekarang di kelas 3 SMA, Reyhan memang masih membawa bekal sendiri.

“Nggak apa-apa bu, tadi nggak beli snack, hanya makan siang saja, menu netral. Maaf ya, Bu.”

Saya buru-buru menjawab,”Bukan kamu yang harus minta maaf, tapi ibu.” Nah kan, masih terus terbalik-balik lagi. Tapi setidaknya Reyhan sudah paham jika bersalah harus minta maaf. Memang ada yang bersalah dan tidak minta maaf ? Ooooh...banyaaak. Dan tidak terbatas apakah itu anak muda atau orang dewasa, berpendidikan ataupun tidak.

Beberapa waktu lalu, temanku curhat ngomel nggak keruan. Dia sedang kesal dengan seorang teman kantor, ibu-ibu. Ibu-ibu lagi ? Iya ya...kok dari tadi contohnya ibu-ibu? Hehehe..kebetulan saja kejadiannya pas dengan topik. Temanku, sebut saja Pak A, bersama dengan si Ibu B, sama-sama menjadi koordinator rapat. Semula rapat dijadwalkan Senin jam 11, lalu atas permintaan Ibu B, berubah menjadi Rabu jam 8, kemudian berubah lagi kembali ke Senin tapi jam 2 siang. Karena Ibu B ini lebih senior, dan istri pejabat, maka meskipun kedudukan mereka sama, Pak A menurut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun