"Malu kenapa?!"
     "Gak Cuma teman-teman. Guru dan orang-orang satu sekolahan selalu bertanya. Mengapa ibumu memberi nama kamu Dangdut?"
     "Kamu jawab apa?"
     "Hanya menggeleng."
     "Kenapa tak dijelaskan?"
     "Sudah. Belum purna, tapi!"
     "Apa katanya?"
     "Gak, katanya. Tapi cekikikan. Ketawa ngakak. Sebel, Dangdut!"
     "Kamu malu ibu beri nama Dangdut, nak?"
     "Iya!" suaranya serak.
     "Setelah malu. Apa yang kamu dapatkan? Apakah harga diri kamu jatuh? Kamu menjadi terhina dan pecundang, nak?" kali ini kata-kata Cibuk terasa berhembus di hati Dangdut dengan dahsyat. Nyaris menumbangkan tembok pertahanan emosinya.